BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Segala sesuatu yang menjadi pemikiran awal dan munculnya berbagai ilmu pengetahuan adalah adanya sikap ingin tahu serta bertanya-tanya. Permasalahan yang dipikirkan manusia, melahirkan sebuah keinginan untuk mencari tahu dan membuktikan mengenai kebenaran atas hakikat permasalahan yang mengganjal.
Dalam diskursus pemikiran, ilmu filsafat telat dijadikan dan diposisikan sebagai induk dari segala induk ilmu perngetahuan yang ditemukan saat ini. Bahkan ilmu dan filsafat disanding agar menjadi integrasi antara keduanya. Hingga muncullah suatu diskursus baru yakni filsafat khusus yang dikenal dengan “Filsafat Ilmu”.
Fenomena yang terjadi diantara filsafat ilmu tidak lepas dari beberapa kemajuan yang terjadi hingga saat ini. Pemikiran-pemikiran serta perkembangan ilmu pengetahuan diketahui didominasi oleh orang-orang barat seperti halnya kita ketahui. Padahal secara nyatanya, kontribusi para filosof Timur memberikan dampak yang besar terhadap perkembangan ilmu pengetahuan di dunia. Sehingga dalam makalah ini, akan dijelaskan mengenai sejarah perkembangan ilmu pengetahuan di Barat pada abad kuno, tengah, modern dan kontemporer serta sejarah perkembangan ilmu pengetahuan di dunia Islam pada abad kuno, tengah, modern dan kontemporer.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah Pengertian Ilmu, Ilmu Pengetahuan dan Filsafat Ilmu?
2. Bagaimanakah perkembangan Ilmu Pengetahuan di Barat pada abad kuno, tengah, modern dan kontemporer?
3. Bagaimanakah perkembangan Ilmu Pengetahuan di Zaman Rennaisance?
4. Bagaimanakah perkembangan Ilmu Pengetahuan di dunia Islam pada abad kuno, tengah, modern dan kontemporer?
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui Pengertian Ilmu, Ilmu Pengetahuan dan Filsafat Ilmu
2. Mengetahui perkembangan Ilmu Pengetahuan di Barat pada abad kuno, tengah, modern dan kontemporer
3. Mengetahui Perkembangan Ilmu Pengetahuan di Barat pada Zaman Rennaisance
4. Mengetahui perkembangan Ilmu Pengetahuan di dunia Islam pada abad kuno, tengah, modern dan kontem
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Ilmu, Ilmu Pengetahuan dan Filsafat Ilmu
Istilah ilmu berasal dari bahasa Arab, yakni alima, ya’lamu, ilman, yang menurut Naquib al-Attas diartikan sebagai kehadiran makna dalam jiwa dan kehadiran jiwa pada makna. Jika makna tersebut tidak datang pada kita, maka dia tidak berarti. Sejalan dengan itu, ilmu sering diartikan sebagai cahaya, karena dilihat dari segi fungsinya, ilmu dapat memberi penjelasan tentang sesuatu, sehingga dapat menilai mana yang benar dan mana yang salah. Pengertian ini juga sejalan dengan pendapat yang mengatakan bahwa ilmu adalah kumpulan teori-teori yang berupa temuan-temuan yang dihasilkan dari sebuah penelitian ilmiah.
Ilmu adalah kumpulan pengetahuan yang disusun secara konsisten dan kebenaranya telah teruji secara empiris. Chalmer A. F. mendefiniskan ilmu sebagai pengetahuan yang ditarik secara ketat dari fakta-fakta pengalaman melalui observasi dan eksperimen.
Dari definisi di atas mengungkapkan bahwa ilmu sebagai proses yang dilakukan terhadap fakta-fakta yang dialami manusia, dan berbeda dengan pengetahuan biasa karena dihasilkan dari penelitian ilmiah. Hal yang dikaji dapat berupa gejala-gejala alam, masyarakat dan individu.
Dalam konteks peristilahan ilmu pengetahuan, Soetriono dan Hanafie (2007) memandang ada dua jenis pengetahuan, yakni “pengetahuan biasa” dan pengetahuan ilmiah (ilmu)”. Pengetahuan yang digunakan awam untuk kehidupan sehari-hari tanpa mengetahui seluk beluk sedalam-dalamnya dinamakan pengetahuan biasa. Jenis pengetahuan lain yakni pengetahuan yang merupakan hasil telaah yang mendalam oleh ilmuwan, yang disebut sebagai “Ilmu Pengetahuan”.
Sehingga dapat dikatakan bahwa Ilmu dan Ilmu pengetahuan adalah sama, yang membedakan adalah penggunaan istilah untuk membedakan dengan ilmu-ilmu lainnya yang tidak memenuhi kriteria keilmiahan pengetahuan-pengetahuan penyusunannya.
Sedangkan filsafat ilmu adalah aktivitas berfikir yang radikal, integral, universal, konseptual, komprehensif, koheren, konsisten, sistematis, dan bertanggung jawab tentang ilmu untuk mencapai kebenaran.
Ilmu dalam sejarah perkembangannya tidak dapat terpisah dari filsafat, karena suatu keilmuan bermuara pada filsafat serta membutuhkan landasan filosofis di dalamnya, sehingga ia disebut sebagai filsafat ilmu.
Pendapat lainnya mengungkapkan bahwa filsafat ilmu adalah penyelidikan filosofis tentang ciri-ciri pengetahuan ilmiah dan cara-cara untuk memperolehnya. Dengan kata lain filsafat ilmu sesungguhnya merupakan penyelidikan lanjutan. Filsafat Ilmu dikelompokkan menjadi dua, yaitu filsafat ilmu umum yaitu filsafat yang mencakup kajian tentang persoalan kesatuan, keseragaman, serta hubungan diantara segenap ilmu. Kajian ini terkait dengan masalah hubungan antara ilmu dengan kenyataan, kesatuan, perjenjangan, susunan kenyataan, dan sebagainya. Sedangkan filsafat ilmu khusus, membicarakan kategori serta metode-metode yang digunakan dalam ilmu-ilmu tertentu atau kelompok-kelompok ilmu tertentu, seperti dalam kelompok ilmu alam, kelompok ilmu masyarakat, teknik dan sebagainya.
B. Perkembangan Ilmu Pengetahuan di Barat
1. Abad Kuno
Perkembangan pemikiran secara teoritis senantiasa mengacu kepada peradaban Yunani. Sehingga periodesasi dalam perkembangan ilmu pengetahuan dimulai dari Yunani.
Bahkan Pra Yunani Kuno. Seperti yang telah diketahui, Yunani adalah tempat dimana lahir filsafat dan ilmu pengetahuan, sekitar 600 sebelum Masehi. Zaman ini merupakan zaman dimulainya penalaran yang diawali pada abad ke 6 sebelum Masehi. Pada kurun waktu ini, Yunani memberikan corak baru pada pengetahuan berdasarkan receptive mind (menerima segala penalaran dan pemikiran baru). Yunani Kuno juga telah memiliki suatu penalaran baru yang menyelidik, yang tidak mau menerima peristiwa-peristiwa, dan pengalaman-pengalaman begitu saja secara pasif-reseptif, tetapi ingin mencari terus sampai sedalam-dalamnya akar dari semua fenomena yang begitu beragam di alam ini.
a. Zaman Pra Yunani Kuno (abad 15- 7 SM)
Antara abad 15 sampai 6 Sebelum Masehi, manusia te;ah menemukan besi, tembaga, dan perak untuk peralatan-peralatan. Abad ke 15 SM peralatan besi dipergunakan pertama kali di Irak, tidak di Eropa atau Tiongkok. Pada masa ini manusia telah mulai memperhatikan keadaan alam semesta sebagai suatu proses alam. Sehingga lama kelamaan mereka juga memperhatikan dan menemukan hal-hal seperti:
(1) Gugusan bintang di langit sebagai satu kesatuan. Gugusan ini kemudian diberi nama. Misalnya: Ursa Minor, Ursa Mayor, Pisces, Scorpio yang sekarang dikenal sebagai nama zodiak.
(2) Kedudukan matahari dan bulan pada waktu terbit dan tenggelam, bergerak dalam rangka zodiak tersebut.
(3) Lambat laun dikenal pula bintang-bintang yang bergerak diantara gugusan yang sudah dikenal tadi. Sehingga ditemukan planet Merkurius, Venus, Mars, Yupiter, Saturnus, Uranus disamping matahari dan bulan.
(4) Akhirnya dapat pula dihitung waktu bulan kembali pada bentuknya yang sama antara 28-29 hari.
(5) Waktu timbul dan tenggelam matahari di cakrawala yang berpindah-pindah dan memerlukan kurang lebih 365 hari sebelum kembali ke kedudukan semula.
(6) Ketika matahari timbul tenggelam sebanyak 365 kali, bulan juga megalami perubahan sebanyak 12 kali. Berdasarkan hal tersebut kelak ditemukan perhitungan kalender.
(7) Ditemukan pula pada masa itu gejala-gejala alam seperti gerhana, yang pada masa itu masih dihubungkan dengan mitologi-mitologi tertentu, sehingga menakutkan banyak orang.
Sehingga secara ringkas, Zaman Pra Yunani Kuno ditandai oleh 5 kemampuan yakni: Pertama, Know How dalam kehidupan sehari-hari yang didasarkan pada pengalaman. Kedua, Pengetahuan yang berdasarkan pengalaman itu diterima sebagai fakta dengan sikap receptive mind. Keterangan masih dihubungkan dengan kekuatan magis. Ketiga, kemampuan menemukan abjad dan sistem bilangan alam sudah menampakkan perkembangan pemikiran manusia ketingkat abstraksi. Keempat, kemampuan menulis, berhitung, menyusun kalender yang didasarkan pada sintesa terhadap hasil abstraksi yang dilakukan. Kelima, kemampuan meramalkan suatu peristiwa atas dasar peristiwa-peristiwa sebelumnya yang pernah terjadi. Misalnya gerhana bulan dan matahari.
b. Zaman Yunani Kuno (abad 7-2 SM)
Zaman Yunani kuno dianggap sebagai zaman keemasan filsafat, karena pada masa ini orang memiliki kebebasan untuk mengungkap ide-ide atau pendapatnya. Yunani pada masa itu dianggap sebagai gudang ilmu dan filsafat, karena bangsa Yunani pada masa ini tidak mempercayai lagi mitologi-mitologi yang pernah ada. Bangsa ini juga tidak menerima sikap receptive attitude (sikap menerima begitu saja), seperti sebelumnya, melainkan menumbuhkan sikap an inquiring attitude (suatu sikap yang senang menyelidik sesuatu secara kritis). Sikap inilah menjadi cikal bakal Ilmu Pengetahuan.
(1) Thales (624-548 SM)
Ia mempersoalkan alam semesta (Arkhe). Menurut Thales asal alam semesta adalah air, karena tidak ada kehidupan tanpa air. Ada tiga alasan munculnya persoalan tentang ini. Pertama, sejak Thales mempersoalkan tentang alam semesta, maka persoalan tersebut merupakan suatu pertanyaan yang terus menerus dipersoalkan, dan dipandang sebagai persoalan abadi (prennial problems) yang disebut pula sebagai pertanyaan yang signifikan.
Kedua, pertanyaan yang diajukan Thales tersebut menimbulkan suatu konsep baru, yaitu “suatu hal tidak begitu saja ada, melainkan terjadi dari sesuatu”. Bertitik tolak dari sini timbul suatu konsep tentang perkembangan, suatu evolusi, dan genesis.
Ketiga, pertanyaan demikan hanya dapat timbul dalam pemikiran kalangan tertentu, bukan masyarakat awam, melainkan masyarakat intelektual yang berfikir lebih maju.
(2) Pytagoras (580-500 SM)
Ia dikenal sebagai filsuf dan juga ahli ukur. Pytagoras pada masa itu sudah mengatakan bahwa bumi itu bundar dan tidak datar. Pytagoras pada masa itu juga menyusun suatu lembaga pendidikan dan himpunan yang beranggotakan murid-muridnya dan para sarjana yang dikenal sebagai pytagoras society, yang mirip dengan masyarakat ilmiah seperti sekarang ini.
Pytagoras lebih dikenal dengan penemuannya tentang ilmu ukur dan aritmatik, antara lain:
Pertama, hukum atau dalil pytagoras, yaitu a2 + b2 = c2, yang berlaku bagi setiap segitiga siku-siku dengan sisi a dan sisi b serta hypotenusa c, sedangkan jumlah susut dari suatu segitiga sama siku-siku sama dengan 180 derajat.
Kedua, semacam teori tentang bilangan: antara lain pembagian antara bilangan genap dan bilangan ganjil, prime numbers (bilangan yang hanya dapat dibagi dengan angka satu dan dengan bilangan itu sendiri) dan hubungan antara kuadrat natural numbers serta hubungan kuadrat.
Ketiga, Hubungan antara nada dengan panjang dawai.
(3) Sokrates (470-399 SM)
Ia tidak pernah meninggalkan tulisan, namun pemikirannya dikenal melalui dialog-dialog yang ditulis oleh muridnya plato. Metode Socrates dikenal sebagai Maietutike Tekhne (Ilmu Kebidanan), yaitu suatu metode dialektika untuk melahirkan kebenaran. Sokrates selalu mendatangi orang-orang yang dia pandang memiliki otoritas keilmuan dalam bidangnya untuk diajak berdiskusi tentang pengertian-pengertian tertentu. Misalnya ia mendatangi seorang hakim untuk berdiskusi tentang konsep keadilan. Ia memancing orang tersebut melahirkan pendapat tentang konsep tertentu yang dipersoalkan, sekaligus mengajukan bantahan, sehingga diperoleh pengertian yang sejati tentang konsep tersebut. Kadangkala ia menyudutkan seseorang dalam diskusi tersebut, sehingga orang yang bersangkutan meragukan pendapatnya sendiri tentang pengertian yang selama ini dipandangnya benar. Sokrates lebih mementingkan metode dialektika itu sendiri daripada hasil yang diperoleh. Jadi meskipun sokrates tidak meninggalkan ilmu-ilmu tertentu, namun ia meninggalkan suatu sikap kritis melalui metode dialektika yang akan berkembang dalam dunia ilmu pengetahuan modern.
(4) Democritus (460-370 SM)
Ia dikenal sebagai bapak atom pertama, karena Democritus inilah yang memperkenalkan konsep atom. Ia menjelaskan bahwa alam semesta ini sesungguhnya terdiri dari atom-atom. Atom adalah materi terkecil, yang tidak dapat dibagi-bagi lagi. Bentuk atom itu bermacam-macam, dan benda-benda itu bergerak terus menerus tanpa ketentuan. Gerakan itu menimbulkan benturan, sehingga terjadi pusaran-pusaran pergerakan seperti pergerakan pusaran air. Berdasarkan pusaran tersebut maka terjelmalah beraneka ragam benda.
Pemikiran Democrates tentang atom ini mengandung sifat-sifat sebagai berikut:
Pertama, Konsep materialistis-monistik, artinya atom merupakan sekedar materi yang tidak didamlingi apapun, karena sekelilingnya hampa. Materi merupakan satu-satunya yang ada dan membentuk segala-galanya.
Kedua, konsep dinamika perkembangan, artinya segala sesuatu selalu berada dalam keadaan bergerak, sehingga berlaku prinsip dinamika. Berdasarkan prinsip dinamika itu tersusunlah segala sesuatu di dunia.
Ketiga, konsep yang bersifat murni alamiah, artinya pergerakan atom itu bersifat intrinsik, primer, tanpa sebab, tidak dipengaruhi oleh sesuatu di luar dirinya.
Keempat, bersifat kebetulan. Artinya pergerakan itu terjadi tanpa tujuan, sehingga benturan-benturan yang terjadi tidak beraturan dan tidak mengandung tujuan-tujuan tertentu.
(5) Plato (427-347 SM)
Pemikiran metafisika Plato terarah pada pembahasan mengenai Being (hal ada) dan becoming (menjadi). Plato adalah filsuf yang pertama kali membangkitkan persoalan Being dan mempertentangkannya dengan Becoming. Plato menemukan bahwa “Becoming” (hal menjadi) yakni dunia yang berubah tidak memuaskan atau tidak memadai sebagai objek pengetahuan karena bagi Plato setiap bentuk pengetahuan bersesuaian dengan jenis obyek. Plato memikirkan pengetahuan asli, yakni suatu jenis pengetahuan yang tidak dapat berubah sehingga objeknya haruslah sesuatu yang tidak dapat berubah. Plato yakin bahwa pengetahuan asli itu harus diarahkan pada Being. Being bagi Plato, dibentuk oleh dunia yang merupakan pola-pola dari segala sesuatu yang dapat diinderawi, sedangkan ide-ide itu secara kodrati bersifat kekal dan abadi. Alasan plato membedakan being dan becoming merupakan cara untuk mencari dasar kebenaran pengetahuan.
(6) Aristoteles (384-322 SM)
Aristoteles adalah salah satu murid Plato dan penasehat serta guru Iskandar Agung. Ia meneruskan sekaligus menolak pandangan Plato. Ajaran Aristoteles paling tidak dapat diklasifikasikan dalam tiga bidang, yaitu: metafisika, logika dan biologi.
Pandangan Aristoteles tentang metafisika berbeda dengan pandangan Plato. Ia menolak pandangan Plato tentang ide-ide. Karena Aristoteles lebih mendasarkan filsafatnya pada realitas itu sendiri.
Aristoteles menyusun buku tentang logika untuk menjelaskan cara menarik kesimpulan secara valid. Logika Aristoteles didasarkan pada susunan pikir. Pada dasarnya susunan tersebut terdiri dari tiga pernyataan, yaitu pertama, premis mayor sebagai pernyataan pertama yang mengemukakan hal umum yang telah diakui kebenarnya. Kedua, premis minor sebagai pernyataan kedua yang bersifat khusus dan lebih kecil lingkupnya daripada premis mayor. Ketiga, kesimpulan atau konklusi yang ditarik berdasarkan kedua premis tersebut. Dengan demikian, hal tersebut merupakan suatu bentuk jalan pemikiran yang bersifat deduktif, yang kebenarannya bersifat pasti.
Contoh:
Semua makhluk hidup pasti mati
Manusia termasuk makhluk hidup
Manusia pasti juga akan mati
Salah satu bidang ilmu yang banyak mendapatkan perhatiannya adalah biologi. Dalam embriologi ia melakukan pengamatan tentang perkembangan telur ayam sampai terbentuknya kepala ayam. Ia juga melakukan pemeriksaan anatomi badan hewan, dan lain sebagainya. Aristoteles mementingkan aspek pengamatan sebagai suatu sarana untuk membuktikan kebenaran suatu hal, terutama dalam ilmu-ilmu empirik.
2. Abad Tengah (Abad 2-14 M)
Zaman pertengahan (Middle Age) ditandai dengan tampilnya para theolog di lapangan ilmu pengetahuan. Para ilmuwan pada masa ini hampir semua adalah para theolog, sehingga aktivitas ilmiah terkait dengan aktivitas keagamaan. Atau dengan kata lain, kegiatan ilmiah ini diarahkan untuk mendukung kebenaran agama. Semboyan yang berlaku bagi ilmu pada masa ini adalah Ancilla Theologia,abdi agama. Namun harus diakui bahwa banyak temuan dalam bidang ilmu yang terjadi pada masa ini.
Pada zaman ini, ketika Eropa berada dalam zaman kegelapan, Ilmu pengetahuan di dunia Islam berada dalam zaman ke-emasan/kejayaan.
Zaman pertengahan ini berlangsung selama kurang lebih 11 abad, sejak abad ke 4 sampai ke 15 Masehi. Zaman pertengahan memiliki karakteristik tersendiri yang berbeda dengan karakter filsafat di zaman klasik, coraknya yang paling menonjol adalah Theosentris. Corak ini lebih mengutamakan Tuhan sebagai eksistensinya. Dalam perjalanan pemikirannya, karakter zaman ini lebih condong menggunakan metode intuitif dengan objek yang sifatnya abstrak. Terbukti dari tokoh-tokoh zaman ini yang menyajikan ilmu secara metafisik serta berkaitan dengan sifat-sifat ketuhanan. Filsafat abad pertengahan menggambarkan suatu zaman yang baru ditengah-tengah suatu perkumpulan bangsa yang baru, yakni bangsa Eropa Barat.
3. Abad Zaman Renaissance (14-17 M)
Zaman Renaissance ditandai sebagai era kebangkitan kembali pemikiran yang bebas dari dogma-dogma agama. Renaissance ialah zaman peralihan ketika kebudayaan modern. Manusia pada zaman Renaissance adalah manusia yang merindukan pemikiran yang bebas, seperti pada zaman Yunani Kuno. Penemuan-penemuan ilmu pengetahuan modern sudah dirintis pada zaman Renaissance. Ilmu pengetahuan yang berkembang maju pada masa ini adalah bidang astronomi.
a. Roger Bacon (1214-1294)
Ia berpendapat bahwa pengalaman (empirik ) menjadi landasan utama bagi awal dan ujian akhir bagi semua ilmu pengetahuan. Matematik merupakan syarat mutlak untuk mengolah semua pengetahuan. Sekalipun Roger Bacon menganjurkan pengalaman sebagai basis ilmu pengetahuan, namun ia sendiri tidak meninggalkan tulisan atau karya yang cukup berarti bagi ilmu pengetahuan. Ia banyak bergerak dalam lapangan politik dan agama, sehingga akhirnya ditahan dalam penjara.
b. Copernicus (1473-1543)
Ia mengajukan pendapat yang asing bagi pendapat umum pada masa itu. Ia mengatakan bahwa bumi dan planet semuanya mengelilingi matahari, sehingga matahari menjadi pusat (hellosentrisme). Pendapat ini berlawanan dengan pendapat umum yang berasal dari Hipprachus dan Ptolomeus yang menganggap bahwa bumi sebagai pusat alam semesta (geosentrisisme).
Prinsip Heliosentrisisme ini kemudian dilanjutkan oleh George Joachim (Rethicus) yang menyusun buku dengan judul “Tentang perputaran Alam Semesta”. Buku ini diawali dengan beberapa ketentuan dasar yang berbunyi. Pertama, seluruh alam semesta merupakan bola. Kedua, semua benda angkasa dan bumi juga merupakan bola. Ketiga, semua benda angkasa bergerak secara teratur dalam lintasan yang bundar.
c. Tycho Brahe (1546-1601)
Ia tertarik pada sistem astronomi baru yang diperkenalkan oleh Copernicus. Ia membuat alat-alat berukuran besar untuk mengamati benda-benda angkasa secara lebih teliti. Pada tahun 1572 Brahe mengamati munculnya bintang baru di gugusan Cassiopeia, yaitu bintang yang cemerlang selama 16 bulan sebelum padam lagi. Bintang itu dinamakan nova atau supernova, yang sangat tergantung dari besarnya dan massanya. Penemuan bintang nova atau supernova ini menggugurkan pandangan yang dianut pada masa itu bahwa angkasa itu tidak akan berubah sepanjang masa, dan bentuknya akan tetap abadi. Pada tahun 1577 Brahe dapat mengamati sebuah komet dan mampu menetapkan lintasan komet, yang ternyata lebih jauh dari planet venus. Penemuan ini juga membuktikan bahwa benda-benda angkasa tidak menempel pada Crystaline Spheres, melainkan datang dari tempat yang sebelumnya tidak dapat dilihat untuk kemudian menghilang lagi.
d. Johannes Keppler (1571-1630)
Ia adalah seorang ahli matematika yang menjadi asisten Tycho Brahe. Johannes Keppler melanjutkan penelitian Brahe tentang gerak benda-benda angkasa. Ia menemukan tiga buah hukum yang melengkapi penyelidikan Brahe sebelumnya, yaitu Pertama, gerak benda angkasa itu ternyata bukan bergerak mengikuti lintasan Circle namun gerak itu mengikuti lintasan elipse. Kedua, dalam waktu yang sama, maka garis penghubung antar planet dan matahari selalu melintasi bidang yang luasnya sama. Dalam penghitungan matematik terbukti bahwa, bila jarak rata-rata dua planet a dan b dengan matahari adalah x dan y, sedangkan waktu untuk melintasi orbit masing-masing adalah p dan q maka, p2 : q2 = x3 : y3.
e. Galileo Galilei (1546-1642)
Ia menerima pendapat Kepler tentang prinsip tata surya yang heliosentris serta hukum-hukum yang ditemukan Keppler. Galileo membuat sebuah teropong bintang terbesar pada masa itu, dan mengamati beberapa peristiwa angkasa secara langsung. Ia menemukan beberapa peristiwa penting dalam bidang astronomi. Ia melihat bahwa planet venus dan merkurius menunjukkan perubahan-perubahan seperti halnya bulan sehingga ia menyimpulkan bahwa planet-planet tidaklah memancarkan cahaya sendiri melainkan hanya memantulkan cahaya dari matahari. Benda yang bersinar sendiri, kata Galileo hal itu tidak akan berubah. Ia juga menemukan bahwa permukaan bulan sama sekali tidak datar, melainkan penuh dengan gunung-gunung, sehingga tidak sempurna datar. Galileo juga mengamati lintasan batu yang dilempar dan menentukan bahwa lintasan itu berbentuk parabola. Penemuan ini berguna untuk menemukan lintasan peluru dan menjadi bagian dari teknik peperangan.
Langkah-langkah ilmiah yang dilakukan oleh Galileo menanamkan pengaruh yang kuat bagi perkembangan ilmu pengetahuan modern, karena menunjukkan beberapa hal seperti: pengamatan, penyingkiran/eliminasi segala hal yang tidak termasuk dalam peristiwa yang diamati, idealisasi penyusunan teori secara spekulatif atas peristiwa tersebut, prediksi, pengukuran, dan percobaan untuk menguji teori yang didasarkan pada prediksi atau kita kenal sebagai hipotesis.
4. Abad Modern (17-19 M)
Zaman modern ditandai dengan berbagai pertemuan dalam bidang ilmiah. Perkembangan ilmu pengetahuan pada zaman modern ini sesungguhnya telah dirintis sejak zaman Renaissance, yaitu permulaan abad XIV. Benua Eropa dipandang sebagai basis perkembangan ilmu pengetahuan. Perkembangan ilmu pengetahuan pada masa ini menurut Slamet Iman Santoso (1977:65) sebenarnya mempunyai tiga sumber, yaitu Pertama, hubungan antara kerajaan islam disemenanjung Ibria dengan negara-negara Perancis. Para pendeta di Perancis banyak yang belajar di Spanyol, kemudian mereka inilah yang menyebarkan ilmu pengetahuan yang diperolehnya dilembaga-lembaga pendidikan di Perancis. Kedua, perang salib (1100-1300) yang terulang sebanyak 6 kali tidak hanya menjadi ajang peperangan fisik namun juga menjadikan para tentara atau serdadu Eropa yang berasal dari berbagai negara itu menyadari kemajuan negara-negara islam, sehingga mereka menyebarkan pengalaman mereka itu sekembalinya di negara-negara masing-masing. Ketuga, pada tahun 1453 Istanbul jatuh ketangan bangsa Turki, sehingga para pendeta atau sarjana mengungsi ke Italia atau negara-negara lain. Mereka ini menjadi pionor-pionir bagi perkembangan ilmu di Eropa.
a. Rene Descartes (1596-1650)
Tokoh yang dikenal sebagai bapak filsafat modern adalah Rene Descartes. Dalam bidang filsafat Descartes mewariskan suatu metode berpikir yang menjadi landasan berpikir dalam ilmu pengetahuan modern. Langkah-langkah berpikir menurut Descartes adalah sebagai berikut:
(1) Tidak menerima apapun sebagai hal yang benar, kecuali kalau diyakini sendiri bahwa itu benar.
(2) Memilah-milah masalah menjadi bagian-bagian terkecil untuk mempermudah penyelesaian.
(3) Berpikir runtut dengan mulai dari hal yang sederhana sedikit demi sedikit untuk sampai ke hal yang paling rumit.
(4) Perincian yang lengkap dan pemeriksaan menyeluruh diperlukan supaya tidak ada yang terlupakan.
b. Isaac Newton (1643-1727)
Isaac Newton seorang Ilmuwan yang sekaligus menjadi pemimpin pada sebuah tempat pembuatan uang logam di kerajaan Inggris. Perannya dalam ilmu pengetahuan modern tidak perlu diragukan lagi, tetapi yang dikemukakan disini adalah dalam salah satu bidang yang terkenal yakni teori Gravitasi.
Teori Gravitasi adalah perbincangan lanjut mengenai soal pergerakan yang telah dirintis oleh Galileo dan Keppler. Galileo mempelajari pergerakan dengan lintasan lurus. Keppler mempelajari pergerakan dengan lintasan tertutup atau ellips. Teori gravitasi menerangkan bahwa planet-planet tidak bergerak lurus, namun mengikuti lintasan ellips, karena adanya pengaruh gravitasi, yaitu kekuatan yang akan selalu timbul jika ada dua benda berdekatan. Teori gravitasi ini dapat menerangkan dasar dari semua lintasan planet dan bulan, pengaruh pasang surutnya air samudra dan peristiwa-peristiwa astronomi lainnya. Teori gravitasi Newton ini dipergunakan oleh para ahli berikutnya untuk pembuktian-pembuktian laboratorium dan penemuan-penemuan planet-planet baru di alam semesta.
c. Charles Darwin
Darwin dikenal sebagai penganut teori evolusi yang fanatik. Ia mengambangkan teorinya berdasarkan pengamatan yang dilakukannya pada ekspedisi di kapal H.M.S Beagle ketika mengitari Amerika Selatan dan pulau-pulau di Lautan Pasifik. Darwin menyatakan bahwa perkembangan yang terjadi pada makhluk di bumi ini terjadi karena seleksi alam. Teorinya yang terkenal adalah Struggle for Life ( Perjuangan untuk hidup). Ia berpendapat bahwa perjuangan untuk hidup ini berlaku pada setiap kumpulan makhluk hidup yang sejenis, karena meskipun sejenis namun tetap menampilkan kelainan-kelainan kecil. Makhluk hidup yang berkelainan kecil itu berbeda-beda daya menyesuaikan dirinya terhadap lingkungan. Makhluk hidup yang dapat menyesuaikan diri akan memiliki peluang yang lebih besar untuk bertahan hidup lebih lama, sedangkan yang kurang dapat menyesuaikan diri akan tersisihkan karena kalah bersaing. Oleh karena itu yang dapat bertahan adalah yang paling unggul.
d. J.J. Thompson (1897)
Thompson menemukan elektron, sehingga dengan penemuan ini runtuhlah pendapat yang menganggap bahwa atom adalah materi yang terkecil. Penemuan ini juga membuka jalan bagi pengembangan Fisika-Nuklir, yang dapat mengubah bermacam-macam atom di laboratorium. Pada berbagai percobaan yang dilakukan juga ditemukan bagian dari atom seperti: elektron, proton, neutron, meson, dll.
5. Abad Kontemporer (Abad 20-dst)
Diantara ilmu-ilmu khusus yang dibicarakan oleh para filsuf, maka bidang Fisika menempati kedudukan yang paling tinggi. Hal ini karena fisika dipandang sebagai dasar ilmu pengetahuan yang subjek materinya mengandung unsur-unsur fundamental yang membentuk alam semesta. Inilah mengapa, pada abad kontemporer ini muncul para fisikawan yang mengagumkan lewat penemuan-penemuannya. Fisikawan yang paling termansyur adalah Albert Einstein.
Albert Einstein menyatakan bahwa alam semesta itu tak berhingga besarnya dan tak terbatas, tetapi juga tak berubah status totalitasnya atau bersifat statis dari waktu ke waktu. Einstein percaya akan kekekalan materi. Ini berati bahwa alam semesta itu bersifat kekal, atau dengan kata lain tidak mengakui adanya penciptaan alam. Namun pada tahun 1929 seorang fisikawan lain Hubble yang mempergunakan teropong bintang terbesar di dunia melihat galaksi-galaksi disekeliling kita tampak menjauhi galaksi kita dengan kelajuan yang sebanding dengan jaraknya dari bumi. Observasi ini menunjukkan bahwa alam semesta itu tidak statis, melainkan dinamis, sehingga meruntuhkan pendapat Einstein tentang Teori Kekekalan Materi dan Alam semesta yang statis, melainkan dinamis.
Disamping teori fisika, teori alam semesta dan lain-lain, maka zaman kontemporer ini ditandai dengan penemuan-penemuan berbagai macam teknologi canggih. Teknologi komunikasi dan teknologi informasi termasuk salah satunya adalah penemuan komputer, internet dan lain sebagainya.
Bidang ilmu lain juga mengalami kemajuan pesat, sehingga terjadi spesialisasi-spesialisasi ilmu yang semakin tajam. Ilmuwan kontemporer mengetahui hal yang sedikit tetapi secara mendalam. Ilmu kedokteran semakin menajam. Demikian bidang ilmu-ilmu lainnya. Disamping kecenderungan spesialis kecenderungan lainnya adalah sintesis antar bidang ilmu satu dengan lainnya, sehingga dihasilkan bidang ilmu baru: bioteknologi, psiko-linguistik dll.
C. Perkembangan Ilmu Pengetahuan di Dunia Islam
1. Abad Kuno
(1) Nabi Muhammad SAW
Islam lahir begitu pula ketika Nabi Muhammad diangkat sebagai Rasul dalam usia 40 tahun. Dengan lahirnya Islam, serta turunnya wahyu terbesar berupa Al-Quran yang menjadi petunjuk dan kitab umat manusia, disitulah awal ilmu pengetahuan muncul dengan dasar Wahyu yang diterima oleh Nabi Muhammad SAW.
Walaupun secara formalnya belum terdapat filsafat islam kala itu, akan tetapi kegiatan berfilsafat telah dilakukan dengan menelaah isi dari kitab suci Al-Quran yang mampu memberikan jawaban atas kegelisahan manusia baik mengenai suatu pengetahuan yang belum adanya ditemukan. Dalam hal ini seperti penjelasan ayat Al-Quran mengenai penciptaan manusia yang berasal dari segumpal darah, dan baru saja dibuktikan secara ilmiah pada abad modern. Serta hal-hal lainnya yang bersifat abstrak dan telah dibuktikan secara ilmiah pada tahun-tahun sebelumnya.
Sehingga dalam perkembangan ilmu pengetahuan di dunia Islam pada abad kuno, kekuatan wahyu Al-Quran sebagai sumber dari segala sumber ilmu kala itu yang wajib diyakini akan setiap kebenarannya sebagai orang Islam. Hingga pada akhirnya nanti banyak penemuan-penemuan baru yang muncul dengan tetap berpegang teguh pada Wahyu Al-Quran sebagai pedoman.
(2) Khulafaur Rasyidin
Peradaban Yunani dikenal dengan tradisi rasional-spekulatif dengan pendekatan logika-deduktif. Namun kekurangan utama peradaban Yunani adalah kelemahannya dalam sains empiris yang menggunakan pendekatan eksperimen dan logika-induktif.
Ketika pada abad Yunani kuno mereka memikirkan siapa sebenarnya yang menciptakan alam semesta ini. Orang-orang Islam telah yakin secara pasti tanpa pembuktian secara ilmiah, bahwa segala apa yang ada di dunia ini adalah Ciptaan dari Allah SWT. Dzat Maha Kuasa yang membuat segala sesuatu di alam semesta menjadi ada. Dia yang terdahulu. Dia yang Kekal dan Abadi. Segala penciptaan dan edarnya berada ditangan-Nya. Keyakinan orang Islam mengenai hakikat penciptaan alam semesta tumbuh dan diyakini karena merupakan bagian dari keimanan manusia itu dengan adanya Wahyu Ilahi Al-Quran yang menjawab atas segala kegelisahan. Haqqul Yaqin.
Pembukuan Al-Quran merupakan salah satu titik tumpu awal perkembangan ilmu pengetahuan yang formal. Empirik dan nyata, sebagai adanya bukti pemikiran. Pada masa ini tidak semua orang dapat membaca dan menulis. Tetapi kemampuan mereka dalam menghafal menjadi senjata terkuat dan terbaik dalam menyimpan ilmu pengetahuan. Pembukuan Al-Quran diusulkan oleh sahabat Umar bin Khattab karena melihat fenomena banyaknya sahabat yang meninggal pada perang Yamamah yakni sebanyak 70 orang. Walaupun pada awalnya usul ini ditolak, akan tetapi pada akhirnya diterima oleh khalifah Abu Bakar. Hingga pada akhirnya Al-Quran dibukukan dan disusun sesuai dengan kandungan ayatnya pada masa khalifah Utsman bin Affan yang dalam penyusunannya di pimpin oleh Zaid ibn Tsabit, seorang sahabat yang cerdas dan kemampuannya dalam membaca dan menulis.
Pada masa khulafaur-rasyidin perkembangan ilmu pengetahuan masih bersifat naqliyah atau ilmu pengetahuan bersumber dari Al-Quran saja. Pertumbuhan dan perkembangan ilmu pengetahuan erat kaitannya dengan perluasan wilayah Islam. Pada masa permulaan Islam, para sahabat yang utama baik dalam kedudukannya sebagai pejabat maupun dengan sukarela, berangkat kepada tempat-tempat pemukiman baru dan kota-kota lainnya untuk mengajarkan agama Islam kepada penduduk setempat.
Pada masa ini pula sastra mulai berkembang sangat pesat. Hal ini dikarenakan sebelum Islam datang, kemajuan serta kecintaan masyarakat Arab terhadap sastra sangatlah besar. Inilah mengapa Wahyu Al-Quran turun dengan rangkai sastra terindah yang pernah ada, tanpa dapat satu orangpun menandingi keindahannya dan menjadi bukti tiada manusia yang mampu menciptakan hal serupa.
Selain sastra, perkembangan arsitetktur dapat dilihat dengan jelas pada masa ini, dengan banyaknya bangunan-bangunan masjid indah nan megah yang dibangun oleh orang-orang Islam pada masa itu. Sehingga corak kesenian islam secara artristik tetap tergambar dan tercerminkan dalam perkembangan arsitektur bangunannya.
2. Abad Pertengahan
Pada abad pertengahan ini peradaban dunia Islam, terutama pada zaman Bani Umayah telah menemukan suatu cara pengamatan astronomi pada abad 7 Masehi, 8 abad sebelum Galileo Galilei dan Copernicus. Sedangkan kebudayaan Islam yang menaklukan Persia pada abad 8 Masehi, telah mendirikan sekolah kedokteran dan Astronomi di Jundishapur. Pada zaman keemasan Islam, dilakukan penerjemahan berbagai karya Yunani, dan bahkan Khalifah Al-Makmun telah mendirikan Rumah Kebijaksanaan pada abad 9 Masehi. Pada zaman pertengahan ini pula, ketika Eropa berada dalam zaman kegelapan, peradaban Islam berada dalam Zaman keemasan mengarai ada nya 5 ciri yang menandai kemajuan pada masa itu, yakni:
a. Universalism (universalisme)
b. Tolerance (toleransi)
c. International character of the market (Pasar yang bertaraf Internasional)
d. Respect for science and scientist (penghargaan terhadap ilmu dan ilmuwan)
e. The Islamic nature of both the ends and means of science (tujuan dan sarana ilmu yang bersifat islami).
Pada masa Bani Abbasiyah, perkembangan Ilmu Pengetahuan mencapai titik keemasannya dengan begitu banyak lahirnya para filosof serta ilmuwan-ilmuwan baru yang luar biasa. Ketika Barat masih sibuk berkutat pada dogma-dogma Gereja serta hal-hal yang berbau mistis, Islam telah berkutat pada penelitian-penelitian Ilmiahnya di laboratorium dan observaterium. Hal ini disebabkan agama yang dibawa Nabi Muhammad telah menimbulkan dorongan untuk menimbulkan suatu kebudayaan baru yaitu kebudayaan Islam. Dorongan itu mula-mula menggerakkan ilmu-ilmu pengetahuan dalam lapangan agama (ilmu ‘aqli). Kemudian muncullah ilmu-ilmu agama dalam berbagai bidang. Hingga akhirnya Islam menemukan perbendaharaan Yunani. Dikatakan perbendaharaan karena pada waktu Islam datang ilmu Yunani sudah mati dan yang tertinggal adalah buku-bukunya saja. Ketika Islam sampai Byzantium, Persia dan lain-lain mereka tidak menjumpai lagi ilmu Yunani yang dipelajari orang, yang didapat hanyalah beberapa tabib Yunani, perkembangan baru tidak diperoleh lagi.
Perkembangan ilmu naqli mulai disusun dasar perumusannya menjadi ilmu yang kita kenal sekarang. Ilmu-ilmu diantaranya adalah:
(1) Ilmu Tafsir
Pada masa sahabat penafsiran dilakukan dengan menafsirkan ayat dengan hadist atau atsar atau kejadian yang mereka saksikan ketika ayat itu turun, demikian pula pada masa tabiin sebelum Bani Abassiyah. Selanjutnya pada masa Bani Abassiyah ilmu Tafsir dipisahkan dari ilmu Hadis. Pada masa ini muncul penafsiran bi al-ra’ya dimana penafsiran dilakukan dengan mengedepankan akal, seperti yang biasa dilakukan oleh golongan Mu’tazilah. Tafsir pada masa ini ditambah dengan cerita Israiliyat. Terakhir muncul penafsiran dengan cara menyebut satu ayat kemudian menerangkan tafsirnya yang diambil dari sahabat dan tabi’in.
(2) Ilmu Hadist
Hadist adalah sumber hukum Islam yang kedua setelah Al-Quran. Karena kedudukan itu setiap abad umat Islam selalu menjaga dan melestarikannya. Pada masa ini hanya merupakan penyempurnaan penulisan Hadist dari masa sebelumnya yaitu mulai pada abad pertengahan abad ketiga, muncul tren baru yang bisa dikatakan sebagai generasi terbaik sejarah penulisan hadist, yaitu munculnya kecenderungan penulisan hadist yang didahului oleh tahapan penelitian dan pemisahan hadist-hadist shahih dari yang daif, sebagaimana yang dilakukan oleh Al-Bukhari, Muslim, Ibn Majjah, Abu Dawud, Al-Tirmidzi, Nasa’i.
(3) Ilmu Tasawuf
Tasawuf merupakan bentuk mistisisme dalam Islam. Tasawuf bukanlah satu tatanan ajaran, tetapi lebih sebagai modus pemikiran dan perasaan dalam kerangka agama. Ilmu tasawuf adalah salah satu ilmu yang tumbuh dan matang pada Bani Abbasiyah. Inti ajarannya kepada Allah, meninggalkan kesenangan dan perhiasan dunia, serta bersunyi diri dan beribadah.
(4) Ilmu Bahasa Arab
Pada masa Abbasiyah ilmu bahasa Arab tumbuh dan berkembang sangat subur, karena bahasa Arab semakin dewasa dan menjadi bahasa internasional. Ilmu bahasa Arab memerlukan suatu ilmu yang menyeluruh yaitu Nahwu, Shorof, Bayan, Bad’I, Arudh, Qamush dan Insya’.
(5) Ilmu Fiqh
Zaman Abbasiyah yang merupakan zaman tamaddun keemasan telah melahirkan ahli-ahli hukum (fuqaha) yang tersohor dalam sejarah Islam dengan kitab-kitab fiqihnya yang terkenal sampai sekarang. Pada masa ini dilakukan penerjemahan dalam berbagai disiplin ilmu ke bahasa Arab. Usaha penerjemahan dari bahasa Yunani ke bahasa Arab sebenarnya sudah dilakukan pada masa bani Umayyah. Pada zaman Al-Ma’mun kemajuan usaha penerjemahan mencapai puncaknya hingga didirikannya Sekolah Tinggi Penerjemah di Baghdad, dilengkapi dengan lembaga ilmu yang disebut Baitul Hikmah, suatu lembaga yang dilengkapi dengan Observatorium, perpustakaan dan badan penerjemah.
(6) Ilmu Filsafat
Setelah kitab-kitab filsafat Yunani diterjemahkan ke bahasa Arab di zaman khalifah Harun ar-Rasyid dan khalifah Ma’mun, barulah kaum muslim sibuk mempelajari ilmu filsafat, bahkan menafsirkan dan mengadakan perubahan serta perbaikan sesuai dengan ajaran Islam sehingga lahirlah para filsuf Islam yang kemudian menjadi bintang dunia filsafat seperti al Kindi, al farabi, Ibnu Sina, Al-Ghazali dan Ibn Rusyd.
Sumbangsih Ibnu Sina dalam dunia filsafat yang paling mengagumkan adalah membedakan antara jiwa dan jasad. Kesatuan antara keduanya adalah accident, hancurnya jasad tidak membawa kepada hancurnya roh atau jiwa. Akan tetapi jiwa yang kekal adalah jiwa insaniyah dimana kelak akan mendapatkan pembalasan di akhirat. Sementara jiwa hewan, tumbuh-tumbuhan akan hancur bersama dengan hancurnya jasad.
(7) Ilmu Kedokteran
Pada tahun 765 M, khalifah memerintahkan Girgis Buchtyishu untuk menerjemahkan buku-buku dari bahasa Yunani ke bahasa Arab. Ilmu kedokteran waktu itu masih bagian dari ilmu filsafat. Para penulis utama bidang kedokteran setelah babak penerjemahan besar itu adalah al-Razi, Ali Ibn Abbas dan Ibnu Sina. Gambaran dua orang diantara mereka, al Razi dan Ibnu Sina mengisi ruang besar di Fakultas Kedokteran di Universitas Paris.
3. Abad Modern
Pada masa ini hubungan antara kerajaan Islam di Semenanjung Iberia dengan negara-negara Perancis. Para pendeta di Perancis banyak yang belajar di Spanyol, kemudian mereka inilah yang menyebarkan ilmu pengetahuan yang diperolehnya itu di lembaga-lembaga pendidikan di Perancis. Perang salib terjadi pada abad modern ini yang menjadi ajang peperangan fisik.
Puncak ekspansi abad modern dimulai pada masa Muhammad II yang dikenal sebagai Muhammad Al-Fatih sang Penakhluk konstantinopel pada tahun 1453 yang saat itu menjadi ibu kota Romawi Timur. Kemajuan bidang intelektual pada masa Turki Utsmani tampaknya tidak menonjol dibandingkan politik kemiliterannya. Dari aspek-aspek intelektual yang dicapai pada periode ini adalah sebagai berikut:
a. Terdapat tiga buah surat kabar yang muncul pada masa ini, yaitu: berita harian Takvini Veka (1831), Jurnal Tasviri Efkyar (1862), dan Terjumani Ahval (1860).
b. Dalam bidang pendidikan, dinasti Utsmani melakukan pengorganisasian sebuah sistem pendidikan madrsah terbesar yang tersebar luas. Madrasah Utsmani pertama didirikan di Izmir pada tahun 1331. Ketika sejumlah ulama datang dari Iran dan Mesir untuk mengembangkan pengajaran Muslim dibeberapa terirorial yang baru. Kemudian, beberapa sultan mendirikan perguruan tinggi di Bursa, Edirne, dan Istanbul. Pada tahun 1861 Madrasah tingkat rendah mengajarkan ilmu Nahwu shorof, mantiq, Astronomi, Geometri. Terjadi transformasi pendidikan dengan mendirikan sekolah-sekolah dasar dan menengah pada tahun 1861. Dan perguruan tinggi dengan beberapa fakultas seperti kedokteran, dan hukum pada tahun 1869.
4. Abad Kontemporer
a. Fazlur Rahman
Dari selintas perjalanan hidup Fazlur Rahman di atas. Taufik Adnan Amal membagi perkembangan pemikirannya ke dalam tiga babakan utama, yang di dasarkan pada perbedaan karakteristik karya-karyanya: (I) periode awai (dekade 50- an); periode Pakistan (dekade 60-an); dan periode Chicago (dekade 70-an dan seterusnya).
Ada tiga karya besar yang disusun Rahman pada periode awai: Avicenna’s Psychology (1952); Avicenna’s De Anima (1959); dan Prophecy in Islam: Philosophy and Orthodoxy (1958). Dua yang pertama merupakan terjemahan dan suntingan karya Ibn Sina (Avisena). Sementara yang terakhir mengupas perbedaan doktrin kenabian antara yang dianut oleh para filosof dengan yang dianut oleh ortodoksi. Untuk melacak pandangan filosof, Rahman mengambil sampel dua filosof ternama, Al-Farabi (870-950) dan Ibn Sina (980-1037). Secara berturut-turut, dikemukakan pandangan kedua filosof tersebut tentang wahyu kenabian pada tingkat intelektual, proses psikologis wahyu tehnis atau imaninatif, doktrin mukjizat dan konsep dakwah dan syariah. Untuk mewakili pandangan ortodoksi, Rahman menyimak pemikiran Ibn Hazm, Al-Ghazali, Al-Syahrastani, Ibn Taymiyah dan Ibn Khaldun. Hasilnya adalah kesepekatan aliran ortodoks dalam menolak pendekatan intelektualis-murni para filosof terhadap fenomena kenabian. Memang, Kalangan mutakallimun tidak begitu keberatan menerima kesempumaan intelektual nabi. Tapi mereka lebih menekankan nilai-nilai syariah ketimbang intelektual.
Pemikiran Fazlur Rahman sampai pada kesimpulan bahwa tidak ada perbedaan mendasar antara posisi filosofis dan ortodoksi. Sebab, perbedaan ada sejauh pada tingkat penekanan saja. Menurut para filosof, nabi menerima wahyu dengan mengidentifikasikan dirinya dengan Intelek Aktif; sementara menurut ortodoksi nabi menerima wahyu dengan mengidentifikasikan dirinya dengan malaikat. Sementara para filosof lebih menekankan kapasitas alami Nabi sehingga menjadi “Nabi- manusia”, ortodoksi lebih suka meraup karakter ilahiah dari mukjziat wahyu ini. Kelak, pandangan ini cukup mempunyai pengaruh terhadap pandangan Rahman tentang proses “psikologis” nabi menerima wahyu. Seperti halnya teori para filosof dan kaum ortodoks, Rahman berteori bahwa Nabi mengidentifikasikan dirinya dengan hukum moral.
Pada periode kedua (Pakistan), ia menulis buku yang berjudul: Islamic Methodology in History (1965). Penyusunan buku ini bertujuan untuk memperlihatkan: (1) evolusi historis perkembangan empat prinsip dasar (sumber pokok) pemikiran Islant Al-Qur’an, Sunnah, Ijtihad dan Ijma’; dan (ii) peran aktual prinsip-prinsip ini daiam perkembangan sejarah Islam itu sendiri. Buku kedua yang ditulis Rahman pada periode kedua ini adalah Islam, yang menyuguhkan meminjam istilah Arnin Abdullah rekontruksi sistemik terhadap perkembangan Islam selama empat belas abad. Buku ini boleh dibilang sebagai advanced introduction tentang Islam.
b. Hasan Al-Banna
Hasan al-Banna dan juga pembaharu Islam lainnya seperti Jamaluddin Al-Afgani dan Muhammad Abduh meyakini bahwa kelemahan dan kerentanan muslim terhadap dominasi Eropa disebabkan penyimpangan kaum muslimin dari Islam sejati. Untuk membangkitkan Mesir, kaum muslimin harus kembali memahami dan hidup menurut Islam seperti yang ditegaskan dalam Alqur’an dan Sunnah.
Subordinasi politik dunia muslim membuat mereka rentan terhadap pengaruh budaya Eropa. Banna yakin bahwa peradaban Eropa terdiri atas ateisme, ketidakbermoralan, egoisme individu dan kelas serta riba.Dia menyebut budaya Eropa sebagai budaya materialistis yang mengutangi kaum muslimin agar dapat mengendalikan ekonomi muslim. Banna berpendapat bahwa ulama Azhar juga ikut bertanggung jawab atas pemahaman Islam kaum muslimin yang keliru itu. Solusi untuk berbagai problem politik, ekonomi, dan budaya Mesir terletak pada gerakan kembali ke Islam. Islam merupakan tatanan lengkap bagi semua segi eksistensi manusia.
Banna percaya bahwa agama hanyalah bagian dari Islam yang juga menggariskan prilaku manusia dalam kehidupan keseharian. Sesungguhnya Islam menawarkan satu-satunya jalan kebahagiaan. Karena Islam adalah jalan Allah untuk semua ummat manusia, maka kaum muslim tidak boleh hanya berpegang pada ajarannya saja,namun juga harus menyebar rahmatnya ke seluruh manusia, yaitu pada akhirnya membawa seluruh dunia ke pangkuan Islam.
Lebih lanjut, Banna mengemukakan, pemahaman yang benar tentang Islam mensyaratkan pengenalan al-Qur’an dan sunnah, dua sumber otoritatif untuk menetapkan peraturan Islam untuk setiap keadaan. Kaum muslimin mempelajari kitab suci agar dapat mendasarkan keselarasan mereka dengan Islam pada pemahaman bukannya pada ketaatan kepada otoritas agama. Ia mengakui bahwa orang bisa saja sering berselisih soal hal-hal kecil dalam hukum, namun dia berpendapat bahwa perselisihan seperti itu hendaknya tidak menimbulkan permusuhan di kalangan kaum muslim. Untuk memperkecil perselisihan, kaum muslim hendaknya tidak mendiskusikan soal-soal khilafah, karena tak ada nilai praktisnya.
Tentang iman, Banna berpendapat bahwa siapa pun bisa disebut muslim, kalau dia mengaku percaya pada Allah dan kenabian Muhammad, berbuat sesuai kepercayaannya itu, dan menunaikan kewajiban agama. Sedangkan kafir adalah orang-orang yang terang-terangan menyatakan murtad, mengingkari keyakinan dan praktek lazim yang dikenal Islam.
Tentang relevansi Islam dengan persoalan duniawi, Banna berpendapat bahwa Islam mendorong keterlibatan aktif di dunia, termasuk penyelidikan ilmiah atas alam yang membawa kemajuan teknologi. Islam tak bertentangan dunia ilmu pengetahuan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ilmu adalah kumpulan pengetahuan yang disusun secara konsisten dan kebenaranya telah teruji secara empiris. Chalmer A. F. mendefiniskan ilmu sebagai pengetahuan yang ditarik secara ketat dari fakta-fakta pengalaman melalui observasi dan eksperimen.
Sehingga dapat dikatakan bahwa Ilmu dan Ilmu pengetahuan adalah sama, yang membedakan adalah penggunaan istilah untuk membedakan dengan ilmu-ilmu lainnya yang tidak memenuhi kriteria keilmiahan pengetahuan-pengetahuan penyusunannya. Sedangkan filsafat ilmu adalah aktivitas berfikir yang radikal, integral, universal, konseptual, komprehensif, koheren, konsisten, sistematis, dan bertanggung jawab tentang ilmu untuk mencapai kebenaran
Perkembangan Ilmu Pengetahuan di Barat abad kuno berkembang di Yunani dengan beberapa tokohnya yaitu Thales, Socrates, Plato, Pytagoras, Democritus, Aristoteles. Pada masa pertengahan yakni masa kegelapan ilmu pengetahuan dengan dominasi dogma dogma gereja. Pada masa Renaissance ada Roger Bacon,Copernicus, Brahe dan juga Keppler. Sedangkan pada abad modern terdapat Rene Descartes, Isaac Newton, Charles Darwin dan Thompson. Pada zaman kontemporer terdapat fisikawan terkenal yakni Einstein.
Perkembangan Ilmu Pengetahuan di dunia Islam abad kuno berkembang mulai zaman Nabi Muhammad SAW hingga khulafaur rasyidin. Kemudian pada abad pertengahan menjadi golden age pada masa bani Umayyah dan Abasiyyah dengan muncul para tokoh terkemuka seperti Ibnu Sina, Farabi, Khawizmi, Khaldun, Rusyd dsb. Pada masa modern muncul lebih berkembang kemiliteran. Sedangkan pada abad kontemporer muncul Fazlur Rahman dan Hassan Albanna.
DAFTAR PUSTAKA
Nata, Abuddin , Sejarah Sosial Intelektual Islam dan Institusi Pendidikannya, Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 2012.
Endraswara, Suwardi , Filsafat Ilmu: Konsep, Sejarah dan pengembangannya Metode Ilmiah, Cet
I,Yogyakarta: Buku Seru, 2012.
Soetriono & Hanafie. Filsafat Ilmu dan metodologi penelitian, Yogyakarta: Andi, 2007.
Danial, Seri Buku Daras Filsafat Ilmu, Yogyakarta: Kaukaba Dipantara, 2014.
Hambali, Filsafat Ilmu Islam dan Barat, Bandung: Alfabeta, 2017.
Tim Dosen Filsafat Ilmu Fakultas Filsafat UGM, Filsafat Ilmu Sebagai Dasar Pengembangan Ilmu
Pengetahuan, Yogyakarta: Liberty, 2016
Syaefudin, Machfud dkk, Dinamika Peradaban Islam Perspektif Historis, Yogyakarta:
Pustaka Ilmu Group, 2015.
Iqbal, Abu Muhammad , Pemikiran Pendidikan Islam, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2015.
No comments:
Post a Comment