Wednesday, April 5, 2017

Pendidikan Berbasis Kearifan Lokal




BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
Datangnya era globalisasi saat ini ternyata bersamaan juga dengan datangya budaya global, hedonis, dan kapitalis, yang lambat laun akan menggeser budaya lokal yang ada di negeri ini. Generasi muda yang sebelumnya belum memahami budaya aslinya, begitu mudah mengikuti budaya baru tersebut. Padahal kebudayaan ini sangat bertentangan dengan kepribadaian bangsa Indonesia yang masih sangat menunjung tinggi adat dan budaya ketimuran.
Berdasarkan fenomena tersebut, maka perlu dilakukan usaha untuk menangkal pengaruh budaya globalisasi tersebut dengan penggalian kembali nilai-nilai luhur budaya asli yang selanjutnya disosialisasikan kepada generasi muda. Salah satunya melalui dunia pendidikan yang menggali lagi tentang kearifan lokal yang bisa diterapkan untuk membangun karakter siswa.
Ki Hajar Dewantara sudah mencontohkan bagaimana mendesain kurikulum pengajaran dengan strategi budaya yang tepat. Kurikulum yang disusun bukan atas landasan kebudayaan kita, akan kehilangan ruhnya, dan tak mampu mengisi ruang batin para murid. Tepatlah jika Ki Hajar Dewantara mengibaratkan kurikulum pendidikan tanpa kebudayaan sendiri, seperti perahu di lautan tanpa panduan arah.
B.       Rumusan Masalah
1.         Apa pengertian kearifan lokal?
2.         Bagaimana hakikat kearifan lokal?
3.         Apa fungsi kearifan lokal?
4.         Apa saja landasan dari kearifan lokal?
5.         Apa tujuan kearifan lokal?
6.         Bagaimana langkah implementasi kearifan lokal di sekolah?
7.         Bagaimana pengembangan sekolah berbasis kearifan lokal?

BAB II
PEMBAHASAN

A.      Pengertian Kearifan Lokal
Pengertian kearifan lokal menurut Haryati Soebadio merupakan sebuah identitas atau kepribadian buadaya sebuah bagsa yang menyebabkan bangsa tersebut mampu menyerap, bahkan mengolah kebudayaan yang berasal dari luar/bangsa lain menjadi watak dan kemampuan mandiri. Kearifan lokal sifatnya menyatu dengan karakter masyrakat, karena keberadaannya selalu dilaksanakan dan dilestarikan (dalam kondisi tertentu malah dihormati).
Rahyono mendefinisikan kearifan lokal sebagai sebuah kecerdasan yang dimiliki oleh kelompok etnis tertentu, yang diperoleh melalui pengalaman etnis tersebut bergulat dengan lingkungan hidupnya. Berdasarkan definisi tersebut dapat diketahui bahwa kearifan lokal merupakan buah atau hasil dari masyarakat/etnis tertentu melalui pengalaman dan belum tentu dialamai oleh masyarakat lain. Kearifan lokal ini akan melekat sangat kuat pada masyarakat/etnis tertentu. Ini karena nilai-nilai kearifan lokal teruji dan melalui proses panjang, bahkan usianya hampir menyamai keberadaan sebuah masyarakat atau etnis tertentu.
Suhartini mendefinisikan kearifan lokal sebagai sebuah warisan nenek moyang yang berkaitan dengan nilai kehidupan. Tata nilai kehidupan ini menyatu tidak hanya dalam bentuk religi, tetapi juga dalam budaya, dan adat istiadat. Ketika sebuah masyarakat melakukan adaptasi terhadap lingkungannya, mereka mengembangkan suatu kearifan baik yang berwujud pengetahuan atau ide, peralatan, dipadu dengan norma adat, nilai budaya, aktivitas mengelola lingkungan guna mencukupi kebutuhan hidupnya. Sebuah kearifan yang berkaitan dengan adaptasi terhadap lingkungan inilah yang disebut Suhartini sebagai kearifan lokal.
Selanjutnya, Francis Wahono, secara lengkap memberikan definisi mengenai kearifan lokal yang merupakan kepandaian dan startegi-strategi pengelolaan alam semesta dalam menjaga keseimbangan ekologis yang sudah berabad-abad teruji oleh berbagai bencana dan kendala serta keteledoran manusia. Kearifan lokal tidak hanya berhenti pada etika, tetapi samapai pada norma, tindakan dan tingkah laku, sehingga kearifan lokal dapat menjadi seperti religi yang menjadi pedoman manusia dalam bersikap dan bertindak, baik dalam kontes kehidupan sehari-hari maupun menentukan peradaban manusia yang lebih jauh.
Kearifan lokal teruji dan mampu bertahan dalam waktu yang lama. Moendarjito menyatakan bahwa kearifan dapat digali dan dijadikan basis pendidikan karakter. Itu karena kearifan lokal mempunyai beberapa kelebihan, yaitu:
1.         Mampu bertahan terhadap budaya luar;
2.         Memiliki kemapuan mengakomodasi unsur-unsur budaya luar;
3.         Mempunyai kemampuan mengintegrasikan unsur budaya luar ke dalam budaya asli;
4.         Mempunyai kemampuan mengendalikan; dan
5.         Mampu memberi arah pada perkembagan budaya.[1]
B.       Hakikat Kearifan Lokal
Kearifan lokal merupakan jawaban kreatif terhadap situasi goegrafis-politis, historis, dan situasional yang bersifat lokal yang mengandung sikap, pandangan, dan kemampuan suatu masyarakat didalam mengelola lingkungan rohani dan jasmaninya. Semua itu merupakan upaya untuk dapat memberikan kepada warga masyarakatnya suatu daya tahan dan daya tumbuh di wilayah dimana masyarakat itu berada. Oleh sebab itu, kearifan lokal merupakan perwujudan dari daya tahan dan daya tumbuh yang dimanifestasikan melalui pandangan hidup, pengetahuan, dan berbagai strategi kehidupan yang berupa aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat lokal untuk menjawab berbagai masalah dalam pemenuhan kebutuhan hidupnya, sekaligus memelihara kebudayaannya.
Dalam pengertian inilah kearifan lokal sebagai jawaban untuk bertahan dan menumbuhkan secara berkelanjutan kebudayaan yang didukungnya. Setiap masyarakat termasuk masyarakat tradisional, dalam konteks kearifan lokal seperti itu pada dasarnya terdapat suatu proses untuk menjadi pintar dan berpengetahuan. Hal itu berkaitan dengan adanya keinginan agar dapat mempertahankan dan melangsungkan kehidupan. Wujud kearifan lokal yang umumnya berkembang didaerah pedesaan karena ada kebutuhan untuk menghayati, mempertahankan dan melangsungkan hidup sesuai dengan situasi dan kondisi serta kemampuan dan nilai-nilai yang dihayati didalam masyarakatnya.[2]
Kadangkala pengetahuan lokal biasa disebut dengan kearifan masyarakat yang tidak relevan dan tidak memiliki kekuatan untuk memenuhi tuntutan kebutuhan produktivitas dalam dunia modern. Padahal pengetahuan lokal yang dianggap tidak rasional dan bersifat tradisional serta kerapkali dianggap unik itu masih dijumpai dan berkembang didalam kehidupan masyarakat, terutama di pedesaan untuk menjawab perubahan lingkungan alam saat ini. Dalam konteks itulah kearifan lokal menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan masyarakat.[3]
C.      Fungsi Kearifan Lokal
Kearifan lokal berkaitan erat dengan pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan. Masyarakat memiliki sudut pandang tersendiri terhadap alam dan lingkungannya. Masyarakat mengembangkan cara-cara tersendiri untuk memelihara keseimbangan alam dan lingkungannya guna memenuhi kebutuhan hidupnya. Pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan melalui pengembangan kearifan lokal memiliki kelebihan tersendiri. Selain untuk memelihara keseimbangan sumber daya alam dan lingkungannya, kebudayaan masyarakat setempat pun dapat dilestarikan.
Kearifan lokal memiliki banyak fungsi. Bentuk-bentuk kearifan lokal yang ada dalam masyarakat dapat berupa nilai, norma, kepercayaan, dan aturan-aturan khusus. Bentuk yang bermacam-macam ini mengakibatkan fungsi kearifan lokal menjadi bermacam-macam pula. Fungsi tersebut antara lain adalah: [4]
1.         Kearifan lokal berfungsi untuk konservasi dan pelestarian sumber daya alam.
2.         Kearifan lokal berfungsi untuk mengembangkan sumber daya manusia.
3.         Kearifan lokal berfungsi sebagai pengembangan kebudayaan dan ilmu pengetahuan.
4.         Kearifan lokal berfungsi sebagai petuah, kepercayaan, sastra, dan pantangan.
D.      Landasan Pendidikan Berbasis Kearifan Lokal
Ada beberapa landasan pendidikan berbasis kearifan lokal, antara lain:
1.         Landasan Historis
Kearifan lokal dapat bersumber dari kebudayaan masyarakat dalam suatu lokalitas tertentu. Dalam perspektif historis, kearifan lokal dapat membentuk suatu sejarah lokal. Sebab kajian sejarah lokal, yaitu studi tentang kehidupan masyarakat atau khususnya komunitas dari suatu lingkungan sekitar tertentu dalam dinamika perkembangannya dalam berbagai aspek kehidupan. Awal pembentukan kearifan lokal dalam suatu masyarakat umumnya tidak diketahui secara pasti kapan kearifan lokal tersebut muncul. Pada umumnya terbentuk mulai sejak masyarakat belum mengenal tulisan (praaksara). Tradisi praaksara ini yang kemudian melahirkan tradisi lisan.[5]
Secara historis tradisi lisan banyak menjelaskan tentang masa lalu suatu masyarakat atau asal-usul suatu komunitas. Perkembangan tradisi lisan ini dapat menjadi kepercayaan atau keyakinan masyarakat. Dalam masyarakat yang belum mengenal tulisan terdapat upaya untuk mengabadikan pengalaman masa lalunya melalui cerita yang disampaikan secara lisan dan terus menerus diwariskan dari generasi ke genarasi. Pewarisan ini dilakukan dengan tujuan masyarakat yang menjadi generasi berikutnya memiliki rasa kepemilikan atau mencintai cerita masa lalunya. Tradisi lisan merupakan cara mewariskan sejarah pada masyarakat yang belum mengenal tulisan, dalam bentuk pesan verbal yang berupa pernyataan yang pernah dibuat di masa lampau oleh generasi yang hidup sebelum generasi yang sekarang ini.
2.         Landasan Psikologis
Secara psikologis pembelajaran berbasis kearifan lokal memberikan sebuah pengalaman psikologis kepada siswa selaku pengamat dan pelaksana kegiatan. Dampak psikologis bisa terlihat dari keberanian siswa dalam bertanya tentang ketidaktahuannya, mengajukan pendapat, persentasi di depan kelas, dan berkomunikasi dengan masyarakat. Dengan pemanfaatan lingkungan maka kebutuhan siswa tentang perkembangan psikologisnya akan diperoleh. Karena lingkungan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pembentukan dan perkembangan perilaku individu, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosio-psikologis, termasuk didalamnya adalah belajar. Terhadap faktor lingkungan ini ada pula yang menyebutnya sebagai empirik yang berarti pengalaman.
3.         Landasan Politik dan Ekonomi
Secara politik dan ekonomi pembelajaran berbasis kearifan lokal ini memberikan sumbangan kompetensi untuk mengenal persaingan dunia kerja. Dari segi ekonomi pembelajaran ini memberikan contoh nyata kehidupan sebenarnya kepada siswa untuk mengetahui kegiatan untuk memenuhi kebutuhan hidup. Karena pada akhirnya siswa dididik dan disiapkan untuk menghadapi persaingan global yang menuntut memiliki ketrampilan dan kompetensi yang tinggi di lingkungan sosial.
4.         Landasan Yuridis
Secara yuridis pembelajaran berbasis kearifan lokal mengarahkan peserta didik untuk lebih menghargai warisan budaya Indonesia. Sekolah Dasar tidak hanya memiliki peran membentuk peserta didik menjadi generasi yang berkualitas dari sisi kognitif, tetapi juga harus membentuk sikap dan perilaku peserta didik sesuai dengan tuntutan yang berlaku. Apa jadinya jika di sekolah peserta didik hanya dikembangkan ranah kognitifnya, tetapi diabaikan afektifnya. Tentunya akan banyak generasi penerus bangsa yang pandai secara akademik, tapi lemah pada tataran sikap dan perilaku. Hal demikian tidak boleh terjadi, karena akan membahayakan peran generasi muda dalam menjaaga keutuhan bangsa dan Negara Indonesia. Nilai-nilai kearifan lokal yang ada di sekitar sekolah dapat dimanfaatkan untuk pembelajaran di Sekolah Dasar. Tak terkecuali dalam pembelajaran untuk menanamkan nilai-nilai nasionalisme. Dengan diintegrasikannya nilai-nilai kearifan lokal dalam pembelajaran di Sekolah Dasar diharapkan siswa akan memiliki pemahaman tentang kerifan lokalnya sendiri, sehingga menimbulkan kecintaan terhadap budayanya sendiri.[6]
E.       Tujuan Pendidikan Berbasis Kearifan Lokal
Tujuan dari pendidikan berbasis kearifan lokal ialah sesuai dengan yang telah termaktub dalam undang- undang nasional yaitu Undang- undang (UU) No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Pasal 3, menyebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk karakter serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Sedangkan manfaat dari pendidikan yang berbasis kepada kearifan lokal antara lain ialah:
1.         Melahirkan generasi-generasi yang kompeten dan bermartabat.
2.         Merefleksikan nilai-nilai budaya.
3.         Berperan serta dalam membentuk karakter bangsa.
4.         Ikut berkontribusi demi terciptanya identitas bangsa.
5.         Ikut andil dalam melestarikan budaya bangsa.[7]
F.       Langkah Implementasi Kearifan Lokal di Sekolah
Sekolah berbasis kearifan lokal tidak serta merta muncul begitu saja, tetapi melalui proses dan langkah-langkah yang menjadikan sekolah tersebut dapat dikatakan sebagai sekolah berbasis kearifan lokal. Adapun langkah-langkahnya antara lain sebagai berikut:[8]
1.         Tahap Inventarisasi Keunggulan Lokal
Tahap ini merupakan tahap untuk mengidentifikasi seluruh keunggulan lokal yang terdapat pada daerah sekitar sekolah. Keunggulan lokal diinventarisasi dari aspek sumber daya manusia, sumber daya alam, geografis, sejarah, dan budaya yang dilakukan menggunakan teknik observasi, wawancara, dan/atau studi literatur.
2.         Tahap Analisis Kesiapan Satuan Pendidikan
Pada tahap ini, pendidik yang ditugaskan untuk menganalisis keunggulan aspek internal dan eksternal satuan pendidikan yang dilihat dari berbagai aspek. Dalam melihatnya dapat dilakukan dengan cara mengelompokan keunggulan yang saling berkaitan satu sama lain.
3.         Tahap Penentuan Tema dan Jenis Keunggulan Lokal
Tahap ini mempertimbangkan 3 hal, yaitu:
a.         Hasil inventarisasi proses keunggulan lokal yang dihasilkan. Keunggulan lokal yang bernilai komparatif dan kompetitif.
b.        Hasil analisis internal dan eksternal satuan pendidikan.
c.         Minat dan bakat peserta didik.
4.         Tahap Implementasi Lapangan
Tahap implementasi lapangan harus disesuaikan dengan kemampuan masing-masing satuan pendidikan. Sedikitnya terdapat 3 model implementasi kearifan lokal dalam pembelajaran yang perlu dipertimbangkan, yaitu:[9]
a.         Model komplementatif (single subject)
Implementasi kearifan lokal ditambahkan ke dalam program pendidikan kurikuler dan struktur kurikulum. Pelaksanaannya dapat berupa menambahkan mata pelajaran khusus kearifan lokal dalam struktur kurikulum atau menyelenggarakan program sesuai dengan nilai-nilai kearifan lokal dalam kalender pendidikan. Model ini membutuhkan waktu tambahan dan guru tambahan. Model ini dapat digunakan secara optimal dan intensif untuk menanamkan nilai-nilai kearifan lokal pada peserta didik.
b.        Model terpadu (integrative)
Implementasi kearifan lokal melekat dan terpadu dalam program kurikuler, kurikulum yang ada, dan/atau mata pelajaran yang ada, bahkan proses pembelajaran. Program kurikuler atau mata pelajaran yang ada hendaknya bermuatan nilai-nilai kearifan lokal. Model ini membutuhkan kesiapan dan kemampuan tinggi dari sekolah, kepala sekolah, dan guru. Kepala sekolah dan guru dituntut untuk kreatif, inisiatif, dan kaya akan gagasan. Selain itu, harus pandai dan cekatan menyiasati serta menjabarkan kurikulum, mengelola pembelajaran, dan mengembangkan penilaian. Keuntungannya adalah model ini relatif murah dan tidak membebani sekolah.
c.         Model terpisah (discreet)
Implementasikan kearifan lokal disendirikan, dipisahkan, dan dilepas dari program kurikuler. Pelaksanaannya dapat berupa pengembangan kearifan lokal yang dikemas dan disajikan secara khusus pada peserta didik. Penyajiannya dapat dikaitkan dengan program kurikuler atau berbentuk program ekstrakurikuler. Model ini memerlukan perencanaan yang baik agar tidak salah penerapan.
Pemilihan model yang diterapkan tersebut sangat tergantung dari berbagai kesiapan beberapa aspek termasuk karakteristik sekolah. Melalui proses evaluasi diri, uji coba, validasi, impelemntasi, dan evaluasi akan disiapkan pola yang cocok untuk masing-masing sekolah.
G.      Pengembangan Sekolah Berbasis Kearifan Lokal
Ada beberapa alternatif dalam mengembangkan sekolah berbasis kearifan lokal, antara lain:[10]
1.         Membuat teamwork
Kepala sekolah sangat perlu untuk membentuk teamwork yang khusus menangani sekolah berbasis kearifan lokal. Hal tersebut bertujuan untuk menggali secara dalam semua hal yang berkaitan dengan program ini, baik materi, sarana dan prasarana, tenaga pengajar, prospek masa depan, serta tindak lanjut ke depan.
2.         Bekerja sama dengan aparat desa dan tokoh masyarakat
Sekolah harus mengikutsertakan aparat dan tokoh masyarakat dalam proses perencanaan, kajian, uji coba, dan mengambil keputusan. Pelaksanaan program membutuhkan dukungan dari semua elemen masyarakat lokal, sehingga keberadaan diapresiasi dan ide-ide diakomodasi secara proporsional.
3.         Mempersiapkan software dan hardware
Software berupa program kurikulum dan tenaga pengajar, sedangkan hardware berupa sarana dan prasarana yang menjadi fasilitas pendukung pelaksanaan program yang disiapkan secara rapi.
4.         Menyiapkan strategi pelaksanaan
Program kearifan lokal membutuhkan strategi pelaksanaan yang tepat. Jika ditambahkan di intrakurikuler, maka menjadi satu mata pelajaran yang wajib diikuti oleh peserta didik. Jika di ekstrakurikuler, maka akan diajarkan pada waktu sore dan sesuaikan bakat minat peserta didik, namun waktunya lebih bebas, luas, dan menyenangkan.
5.         Studi banding
Studi banding ke lembaga pendidikan yang sukses menerapkan sekolah berbasis kearifan lokal dapat mempercepat proses perencanaan, pelaksanaan, dan penentuan target. Studi banding dapat melahirkan imajinasi dan ide-ide baru dalam mengembangkan sekolah berbasis kearifan lokal.


















BAB III
PENUTUP

Kearifan lokal merupakan jawaban kreatif terhadap situasi goegrafis-politis, historis, dan situasional yang bersifat lokal yang mengandung sikap, pandangan, dan kemampuan suatu masyarakat didalam mengelola lingkungan rohani dan jasmaninya. Semua itu merupakan upaya untuk dapat memberikan kepada warga masyarakatnya suatu daya tahan dan daya tumbuh di wilayah dimana masyarakat itu berada. Oleh sebab itu, kearifan lokal merupakan perwujudan dari daya tahan dan daya tumbuh yang dimanifestasikan melalui pandangan hidup, pengetahuan, dan berbagai strategi kehidupan yang berupa aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat lokal untuk menjawab berbagai masalah dalam pemenuhan kebutuhan hidupnya, sekaligus memelihara kebudayaannya.
Tujuan dari pendidikan berbasis kearifan lokal ialah sesuai dengan yang telah termaktub dalam undang- undang nasional yaitu Undang- undang (UU) No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Pasal 3, menyebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk karakter serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.








DAFTAR PUSTAKA

Al-Musanna. “Artikulasi Pendidikan Guru Berbasis Kearifan Lokal untuk Mempersiapkan Guru yang Memiliki Kompetensi Budaya”. Artikel. Sekolah Tinggi Agama Islam Gajah Putih Takengon. 2012.


Koentjaningrat. 1986. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Aksara baru.

Sartini. “Menggali Karifan Lokal Nusantara: Sebuah Kajian Filsafati”. Jurnal Filsafati. 2004.
Suhartini. “Kajian Kearifan Lokal Masyarakat dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan”. Jurnal Prosiding Seminar Nasional Penelitian. Universitas negeri Yogyakarta. 2009.
Takari, Muhammad. “Kearifan Lokal”. Jurnal, http://www.etnomusikologiusu.com./artikel-kearifan-lokal.html. Diakses Tanggal 05 April 2017 Pukul 21.03 WIB.

Wagiran. “Pengembangan Model Pendidikan Kearifan Lokal dalam Mendukung Visi Pembangunan Provinsi Daerah istimewa Yogyakarta 2020 (Tahun Kedua)”. Jurnal Penelitian dan Pengembangan. Volume III Nomor 3. 2011.
Wahyudi, Agung. “Implementasi Sekolah Berbasis Kearifan Lokal di SD Negeri Sendangsari Pajangan”. Skripsi. Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta. 2004.
Wibowo, Agus dan Gunawan. 2015. Pendidikan Karakter Berbasis Kearifan Lokal di Sekolah (Konsep, Strategi, dan Implementasi). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.




1 comment:

Outsourcing Sumber Daya Manusia

Outsourcing Sumber Daya Manusia Oleh: Cahyani Susan Latar Belakang Masalah Semakin pesatnya perkembangan bisnis saat ini menuntut p...