BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Pendidikan
merupakan kebutuhan manusia yang sangat mendasar dan penting dalam
kebutuhannya. Pendidikan merupakan alat ampuh yang digunakan suatu bangsa untuk
mencerdaskan masyarakatnya. Karena dari pendidikanlah suatu negara dapat
dikatakan maju dan makmur.
Pendidikan
menjadi jalan untuk memperbaiki nalar manusia. Mengontrol perilaku dan emosi
pada lintasan yang benar. Dengan pendidikanlah moral dapat diajarkan secara
nyata. Pendidikan tidak hanya identik pada sebuah lembaga atau formalitas.
Masyarakat sebagai komponen yang penting serta bertanggung jawab terhadap
perkembangan pendidikan.
Segala
embrio bangsa yaitu pemuda, belajar dari lingkungan sebagai aspek yang
berpengaruh terhadap berbagai macam perilaku. Tujuan negara dalam UUD 1945
telah dicantum untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Sistem pendidikan dibuat
untuk mengatur pendidikan didalam masyarakat. Baik modern ataupun tradisional.
Akan
tetapi kehidupan masyarakat tidak hanya sebatas hubungan saja. Terdapat
nilai-nilai sosiologi-antropologi yang terkandung didalam sistem pendidikan
masyarakat. Karena masyarkat tidak hidup sendiri. Ada interaksi serta
transformasi budaya yang secara tidak langsung tidak di sadari oleh mereka.
Oleh
karenanya makalah ini dibuat untuk memaparkan hubungan pendidikan terhadap
masyarakat yang dianalisis secara sosio-antropologis.
B.
Rumusan Masalah
1.
Bagaimana hubungan yang terjadi antara Pendidikan dan Masyarakat
2.
Bagaimana Sistem Pendidikan di Masyarakat Tradisional?
3.
Bagaimana Sistem Pendidikan di Masyarakat Modern ?
4.
Bagaimana Perkembangan Pendidikan di Masyarakat Modern Dunia?
C.
Tujuan Penulisan
1.
Untuk mengetahui hubungan yang terjadi antara Pendidikan dan
Masyarakat
2.
Untuk mengetahui Sistem Pendidikan di Masyarakat Tradisional
3.
Untuk mengetahui Sistem Pendidikan di Masyarakat Modern
4.
Untuk mengetahui Perkembangan Pendidikan di Masyarakat Modern Dunia
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Hubungan Antara Masyarakat Dan Pendidikan
Pendidikan
adalah proses untuk memberikan manusia berbagai macam situasi yang bertujuan
memperdayakan diri. Berbagai teori dan konsep pendidikan memberika arti yang
berbeda tentang konsep tersebut. Dalam definisi lain pendidikan adalah suatu
proses yang terjadi untuk memanusiakan manusia. Definisi ini tentu menjelaskan
makna pendidikan scara mendalam. Manusia sebagai salah satu makhluk dengan akal
yang terkadang mereka meninggalkan akalnya dalam berperilaku. Itulah kenapa
kita membutuhkan Pendidikan.
Masyarakat
adalah kesatuan hidup makhluk-makhluk manusia yang terikat oleh suatu sistem
adat istiadat tertentu. (Koentjaraningrat.). Sedangkan menurut (Selo Soemardjan
dan Soelaiman Soemardi) masyarakat adalah tempat orang-orang hidup bersama yang
menghasilkan kebudayaan.
Menurut
Soerjono Soekanto ada 4 (empat) unsur yang terdapat dalam masyarakat, yaitu:
1.
Adanya manusia yang hidup bersama, ( dua atau lebih );
2.
Mereka bercampur untuk waktu yang cukup lama, yang menimbulkan
sistem komunikasi dan tata cara pergaulan lainnya;
3.
Memiliki kesadaran sebagai satu kesatuan;
Dalam sosiologi masyarakat sebagai ruang lingkup pembahasan.
Sehingga Sosiologi disebut juga sebagai Ilmu Masyarakat atau ilmu yang
membicarakan masyarakat. Masyarakat memiliki peranan penting untuk menciptakan
iklim pendidikan yang tepat. Kerjasama yang baik antara instansi pendidikan dan
masyarakat akan menjadi tonggak dasar pengembangan pendidikan kearah yang lebih
baik. Kerjasama ini dapat tercipta apabila sekolah secara transparan
mengulurkan tangan kepada masyarakat untuk menciptakan iklim pendidikan yang
baik seperti menghadiri rapat bersama, memberikan sumbangan apabila dibutuhkan
oleh sebuah instansi pendidikan dan lain sebagainya. Sumbangan tidak hanya
berupa materi, namun dapat juga berupa tenaga. Seperti halnya ikut serta dalam
gotong royong karena masyarakat Indonesia termasuk tipe masyarakat yang
kooperatif, dengan cirinya yang khas yakni “gotong royong”. Kemudian membantu
dalam membangun sarana dan prasarana sekolah dsb.
Peran masyarakat tidak selesai sampai disini. Dukungan yang baik
dari masyarakat untuk pendidikan akan menciptakan kepercayaan diri sebuah
instansi pendidikan. Rasa nyaman, tentram dan damai akan timbul dengan adanya
dukungan yang baik dari masyarakat.
Didalam bukunya Ary Irawan memaparkan bahwasannya Sekolah merupakan
lembaga sosial yang diterima oleh masyarakat
(Sanctioned Institution) selain perusahaan dan sebagainya. Diterima
dalam hal ini adalah ketika masyarakat mampu menyadari betapa pentingnya
pendidikan sebagai upaya dalam pengembangan kesejahteraan masyarakat kedepannya.
Masyarakat mampu menyadari bahwasannya dengan pendidikan, segala penyakit
moral, kekurangan ekonomi serta religi dapat terobati dengan adanya pendidikan.
Hubungan yang terjalin
antara masyarakat dan lembaga pendidikan akan menimbulkan interaksi sosial,
yakni interaksi yang terjadi antara kelompok dengan kelompok.
Selain
itu akan terjadi sebuah kontrol sosial yang dilakukan oleh masyarakat terhadap
tingkah laku suatu kelompok ( lembaga pendidikan ). Hasil yang akan dicapai
dengan adanya kontrol sosial yaitu:
a.
Terjaminnya kelangsungan kehidupan kelompok ( lembaga pendidikan
dan masyarakat )
B.
Sistem Pendidikan di Masyarakat Tradisional
Masyarakat
Tradisional sering diartikan sebagai masyarakat yang masih menekuni
tradisi-tradisi lama dan kuatnya pengaruh dari sistem adat-istiadat. Didalam
kehidupan sehari-hari masyarakat tradisional masih meyakini tata cara kehidupan
nenek moyang yang harus dijalankan. Sehingga kebanyakan dari mereka tidak
terlalu memperhatikan dunia luar. Dengan kata lain, masyarakat tradisional yang
teguh dengan adat istiadatnya akan memiliki sikap kurang sosialisasi. Dalam hal
ini dapat pula disebabkan oleh faktor dari masyarakat agar budaya tradisional setempat
tidak bercampur ( akulturasi ) atau mengalami kepunahan.
Masyarakat
tradisional ini diantaranya adalah masyarakat pedesaan, masyarakat zaman
dahulu, dan masyarakat kota yang tidak memiliki orientasi budaya peradaban masa
kini.
Pendidikan
merupakan sebuah wadah yang digunakan untuk mewariskan nilai-nilai luhur suatu
bangsa. Karenanya pendidikan tidak hanya berfungsi sebagai how to know
dan how to do, tetapi yang amat penting adalah how to be.
Oleh karena
demikian pentingnya masalah yang berkenaan dengan pendidikan maka perlu diatur
suatu peraturan yang baku mengenai pendidikan tersebut, yang dipayungi dalam
sistem pendidikan nasional.
Ivan
Illich berpendapat bahwa suatu sistem pendidikan yang baik harus mempunyai tiga
tujuan, yaitu:
a.
Memberikan kesempatan pada semua orang agar bebas dan mudah
memperoleh sumber belajar pada setiap saat.
b.
Memungkinkan semua orang yang ingin memberikan pengetahuan mereka
kepada orang lain dapat dengan mudah melakukannya, demikian pula bagi yang
ingin mendapatkannya.
Sejarah pendidikan masyarakat tradisional di Indonesia dimulai pada
masa kerajaan. Pada umumnya, pendidikan diselenggarakan untuk mengajar
anak-anak keluarga bangsawan, agar mereka siap meneruskan tugas dan tanggung
jawab sebagai penerus tahta kerajaan. Pendidikan hanya bersifat terbatas dan
elitis, itu berarti pendidikan diperuntukkan untuk kalangan kerajaan serta
bangsawan. Sedangkan, pada zaman kolonial belanda, banyak hal yang menjadi
penyebab ketertinggalan bidang pendidikan. Bangsa ini hanya dimanfaatkan sumber
daya alamnya yang melimpah, sedangkan dalam sumber daya manusianya dibodohkan
dengan berbagai cara, sehingga bangsa ini tidak mengalami masa perkembangan
yang menakjubkan pada bidang pengetahuan, pendidikan maupun teknologi.
Pendidikan hanya terbatas untuk orang-orang yang memiliki golongan ekonomi
atas, terutama pegawai pemerintahan Belanda, kaum bangsawan (priyayi) dan
diutamakan dari kaum laki-laki. Namun pada zaman Raden Ajeng Kartini muncul,
ada dobrakan adat tradisi yang kuno. Ia berkeinginan bahwa pendidikan harus
diberikan kepada setiap orang tanpa memandang jenis kelamin, suku bangsa,
agama, maupun status sosial ekonomi.[6]
Di Indonesia, masyarakat pada zaman dahulu atau masyarakat yang
tinggal didaerah terpencil pada saat ini juga sering disebut masyarakat
tradisional karena pada zaman itu mereka masih memegang teguh adat istiadat
leluhur. Selain itu, masyarakat tradisional
biasanya berada di pedalaman sehingga kurang mengalami perubahan atau pengaruh
dari kehidupan kota. Pengetahuan yang mereka miliki kurang terspesialisasi dan
sedikit keterampilan sehingga membuat anak-anak memperoleh warisan budaya
dengan mengamati dan meniru orang dewasa dalam berbagai kegiatan seperti
upacara, berburu, pertanian dan panen. Kebudayaan masyarakat tradisional
merupakan hasil adaptasi terhadap lingkungan alam dan sosial sekitarnya tanpa
menerima pengaruh luar. Jadi, kebudayaan masyarakat tradisional tidak mengalami
perubahan mendasar. Karena peranan adat-istiadat sangat kuat menguasai
kehidupan mereka.
Jika membahas mengenai pendidikan pada masyarakat pedalaman,
seharusnya kita tidak perlu khawatir karena pada Undang-undang
no 20 tahun 2003 tentang pendidikan Nasional pasal 5 ayat 1 dan 3
mengatakan bahwa (ayat 1) “setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk
memperoleh pendididkan yang bermutu”. (Ayat 3) “Warga negara daerah terpencil
atau terbelakang serta masyarakat adat yang terpencil berhak
memperoleh pendidikan layanan khusus”. Maka, pemerintah wajib
memenuhi hak tersebut seperti yang dicantumkan dalam pasal 11 ayat 1.
Pemerintah dan pemerintah daerah wajib memberikan layanan dan kemudahan, serta
menjamin terselenggaranya pendidikan yang bermutu bagi setiap warga
negaranya. Jadi, walaupun di Indonesia masih terdapat masyarakat pedalaman yang
sulit untuk dijangkau tetapi pemerintah mempunyai kewajiban untuk tetap
memberikan pelayanan pendidikan yang sama seperti masyarakat kota terhadap
masyarakat pedalaman tanpa pengecualian.
Ciri
pendidikan tradisional secara umum menurut Kibtiyah
(2013) dapat dilihat sebagai berikut, anak-anak
biasanya dikirim ke sekolah di dalam geografis tertentu kemudian mereka
dimasukkan ke dalam kelas yang kemudian dibedakan berdasarkan umur. Prinsip
sekolah yang otoritarian menyebabkan anak harus menyesuaikan diri dengan tolak
ukur perilaku yang ada. Guru memikul tanggung jawab pengajaran. Pembelajaran
berpegang pada kurikulum yang sudah ditetapkan. Bahan ajar yang paling umum
tertera dalam kurikulum adalah buku-buku teks. Di dalam kelas, guru menjadi
satu-satunya pelaku pendidikan. Guru berbicara dan murid hanya menyimak tanpa
ikut berperan aktif. Tatanan bangku berurut dan masih diberlakukannya hukuman
fisik bagi murid yang tidak taat.[7]
C.
Sistem
Pendidikan Masyarakat Modern
Nurcholis Madjid berpendapat, bahwa masyarakat modern harus
memiliki sifat-sifat yang dimiliki oleh masyarakat madani. Dalam hal ini
ditentukan oleh sejauh mana kualitas civility ( kualitas etik ) tersebut
dimiliki warganya. Civility mengandung makna yang berati toleransi, yang
berarti kesediaan pribadi-pribadi untuk menerima berbagai macam pandangan
politik dan tingkah laku sosial, juga kesediaan untuk menerima pandangan bahwa
tidak selalu ada jawaban yang benar atas suatu masalah.[8]
Cornelis Lay (
2004 ) melihat substansi masyarakat madani mengacu pada pluralitas bentuk dari
kelompok, dan sekaligus sebagai raut-raut dari pendapar umum dan komunikasi
yang independen. Ia adalah agen, sekaligus hasil dari transformasi sosial.[9]
Analisis
sosio-antropologis sistem pendidikan modern dijabarkan oleh Mahmud dan Ija Suntana
dalam beberapa Teori, yaitu:
a.
Teori
Fungsionalis
Teori
fungsional sampai saat ini masih mendominasi pemikiran antropologi juga
sosiologi kontemporer mengenai pendidikan. Pendidikan di Amerika dinilai telah
mempunyai bentuk tertentu karena konstribusi positifnya terhadap masyarakat
industri. Prinsip-prinsip utama teori ini diringkas oleh collins (1979) sebagai
berikut.
-
Persyaratan
pendidikan untuk pekerjaan-pekerjaan masyarakat industri terus meningkat
sebagai akibat adanya perubahan teknologi.
-
Pendidikan
formal memberikan latihan yang diperlukan kepada orang-orang untuk mendapatkan
pekerjaan yang menuntut keterampilan yang lebih tinggi.
-
Persyaratan
pendidikan untuk bekerja terus meningkat serta semakin banyak orang dituntut
untuk menghabiskan waktu yang lebih lama di sekolah.[10]
b.
Teori Bowles
and Grintis
Bowles dan
Grintis percaya bahwa tujuan pendidikan yang tepat adalah meningkatkan
penyelidikan intelektual yang terbuka, kreatif, dan pertumbuhan manusia yang
positif. Jenis sitem pendidikan yang
benar adalah sistem yang menjurus pada kepuasan pribadi dan pemenuhan
intelektual-emosional. [11]
Pendidikan pada masyarakat modern
ini bertolak belakang dengan pendidikan tradisional. Pada pendidikan modern,
guru bertindak sebagai fasilitator dan peserta didik mengambil dalam proses
pembelajaran sehingga sehingga peserta didik dituntun untuk lebih aktif di
kelas. Proses pembelajaran tidak hanya menggunakan buku teks, melainkan
memanfaatkan media pembelajaran yang sekarang sudah berkembang pesat. Proses
pembelajaran pun tidak terbatas di kelas saja melainkan bisa dilakukan di luar
kelas sesuai dengan kebutuhan. Selain itu, kebanyakan guru (pendidik) dalam
mayarakat modern cenderung mengajarkan sesuatu yang jauh dari realita yang ada
kepada peserta didik. Anak- anak dalam masyarakat modern cenderung dibawah
tekanan yang besar dari orang tua dan gurunya untuk menguasai pelajaran yang
telah ditentukan dan dalam waktu yang telah ditentukkan sehingga berpotensi
menimbulkan kelainan mental jika hasil yang akan dicapai terlalu berat
dibandingkan dengan kemampuan anak (kibtiyah: 2013).
D.
Perkembangan
Sistem Pendidikan di Masyarakat Modern Dunia
1.
Ekspansi
Pendidikan Dunia sejak 1950
Salah satu ciri yang mencolok pendidikan pada dekade terakhir
adalah ekspansinay yang sangat ccepat dan besar. Indikasinya adalah semakin
banyak anak muda yang mendaftar untuk pendidikan dimana-mana, baik di negara
industri yang maju maupun yang sedang berkembang. Pendaftaran masyarakat dunia
untuk pendidikan terjadi pada semua tingkat, yaitu tingkat dasar, menengah, dan
tinggi.
John Meyer, Fransisco Ramirez, Richard Robinso dan John Boli-Bennet
menjelaskan exspansi yang menarik. Mereka mempelajari sejumlah besar variabel
yang dianggap mempengaruhi exspansi pendidikan dunia, diantaranya ialah tingkat
urbanisasi, modernisasi politik, sentralisasi negara, dan ketergantungan
ekonomi. [12]
2.
Kualifikasionisme
sebagai mazhab pendidikan masyarakat dunia
Kualifikasionalisme merupakan ciri paling menonjol masyarakat
modern. Ia telah menjadi ciri penting sistem pendidikan masyarakat industri
lainnya. Inggris dan Jepang misalnya, mengalami pertumbuhan kualifikasionalisme
yang sangat signifikan sepanjang abad ini ( Sanderson, 2003 ).
Perubahan historis dalam karier para insinyur adalah
indikator-indikator palig nyata tentang munculnya kualifikasionalisme dalam
sistem pendidikan Ingggris ( Dore, 1976 ). Pada akhir abad ke-20, para insinyur
sipil tidak mengikuti ujian formal untuk
memasuki profesi mereka, tetapi melalui sistem magang. Pada pertengahan abad
ke-20, keadaan ini telah berubah sehingga sertifikat pendidikan menjadi sangat
penting untuk memasuki suatu profesi.
Pada tahun 1918, perguruan tinggi swasta di Jepang diberi hak utuk
menyebut dirinya sebagai universitas. Dua dekade kemudian, di Jepang muncul 26
Universitas, 19 Universitas Negeri, dan sisanya masih berstatus swasta.
Pada tahun 1970-an, ambisi orangtua di Kenya terfokus pada sekolah
menengah. Mereka berupaya menjadikan anak-anaknya memasuki sekolah menengah.
Bahkan, seandainya pemerintah tidak mau membangun sebuah sekolah menengah
disuatu daerah, para orang tua akan membangun sebuah sekolah menengah sendiri.
Mereka berharap bahwa pada akhirnyapemerintah akan memasukkan sekolah yang
dirikan mke dalam sistem subsidi. Gerakan sekolah menegah swadya bermunclan
dibeberapa tempat.[13]
Studi Islam di
Universitas di Kanada telah menjadi bagian penting bagi Indonesia, terutama
IAIN atau UIN. Setelah gelombang pertama pendidikan Islam Indonesia
beerorientasi ke Makkah, lalu gelombang kedua ke Kairo dan gelombang ketiga
mulai ke Barat dan Eropa termasuk Kanada.[14]
E.
Urgensi Pendidikan
Bagi Masyarakat Indonesia
Didalam
memperbincangkan pendidikan ada dua pemaknaan yang selalu didengungkan oleh
para pakar. Pertama, pendidikan adalah memanusiakan manusia dalam arti
sesungguhnya dan pendidikan adalah transfer budaya. Tentang urgensi pendidikan
memanusiakan manusia, dapat diambil kisah klasik yang telah dikemukakan oleh
para pakar tentang betapa urgennya pendidikan tersebut dalam rangka
memanusiakan manusia, yakni kisah ditemukannya anak manusia yang dipelihara
oleh serigala. Anak manusia itu tidak bisa hidup dengan wajar sebagaimana
manusia, dia hidup sebagaimana layaknya serigala mulai dari cara makannya,
berjalanya, dan kebiasaan hidup lainnya.
Mengenai peran
pendidikan sebagai transfer budaya adalah berkenaan dengan manusia sebagai
pencipta budaya secara akumulatif telah berproses sejak ribuan tahun yang lalu
setidaknya sejak manusia memasuki abad peradaban. Akumulasi budaya itu secara
berkesinambungan diwariskan dari satu generasi kepada generasi berikutnya. [15]
Peradaban
modern dimana manusia hidup saat sekarang bukanlah sesuatu yang berdiri
sendiri, tetapi ia merupakan rentetan yang merupakan mata rantai dari
sebelumnya. Jadi dengan demikian, kendatipun manusia yang hidup pada masa
sekarang ini menikmati berbagai kemudahan dan kenyamanan hidup disebabkan
karena kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi sumbangan peradaban masa lalu
juga tidak kurang maknanya untuk
mengantarkan manusia peradaban masa kini. Dalam proses transformasi budaya inilah
peran pendidikan amat menentukan.[16]
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Pendidikan akan selalu berkaitan dengan banyak hal di dunia ini.
Masyarakat sebagai obyek dan subyek penelitian sosio-antropologi berperan
penting dalam perkembangan pendidikan sebagai transformasi budaya. Pendidikan
tidak hanya dinilai sebagai suatu aktifitas formal yang dijalani oleh manusia.
Akan tetapi lebih kepada peran nyatanya dalam sebuah kemaslahatan dalam segala
bidang ilmu.
Penerapan sistem pendidikan yang berbeda dalam sebuah masyarakat
merupakan hal wajar yang sering ditemua. Hal ini dikarenakan kita menemui dua
jenis masyarakat yaitu modern dan tradisional. Banyak perbedaan menonjol yang
ditunjukkan. Termasuk cara pandang, pola berfikir didalam mengamati pendidikan
dan penerapannya.
Pendidikan sebagai suatu bidang keilmuan yang akan terus berlanjut
dan berkembang. Ia mengalami transformasi kearah yang lebih baik. Tentu
dibarengi dengan sarana dan prasarana yang disediakan sebagai aspek pendukung
dalam pendidikan.
DAFTAR PUSTAKA
Drs.
Ary H. Gunawan, “ Sosiologi Pendidikan ( Suatu Analisis Sosiologi tentang
Pelbagai Problem Pendidikan )“,
Rineka Cipta, (Jakarta:2010).
Nurani
Soyotmukti, “Teori-Teori Pendidikan (Tradisional, Liberal, Marxis-Sosialis,
Postmodern)”, Ar-Ruzz Media, (Yogyakarta: 2013 ).
H.A.R. Tilar, “Beberapa
Agenda Reformasi Pendidikan Nasional Dalam Perspektif Abad 21”, Tera
Indonesia, ( Magelang : 1998 ).
Drs.
Yamadi, M.A, “Modernisasi Pesantren ( Kritik Nurcholis Madjid terhadap
Pendidikan Islam Tradisional)”, Ciputat Press, ( Jakarta : 2002 ).
Prof.
Dr. Sudarwan Danim, “ Pengembangan Profesi Guru ( dari Pra-Jabatan, Induksi,
Ke Profesional Madani )”, Kencana, (Jakarta : 2015 ).
Dr. H. Mahmud, Ija Suntana,”Antropologi
Pendidikan”, CV. Pustaka Setia, (Bandung : 2012 ).
Drs. Abd. Rachman Assegaf, M. A,” Internasionalisasi
Pendidikan ( Sketsa Perbandingan Pendidikan di Negara-Negara Islam dan Barat)”,
Gama Media, ( Yogyakarta: 2003 ).
Prof. Dr. H. Haidar Putra Daulay,
MA, “ Pendidikan Islam ( Dalam Sistem Pendidikan Nasional di Indonesia )”,
Kencana, ( Jakarta: 2006 ).
Sumber Online:
Diakses pada tanggal 22 September 2016 pukul 22:45 WIB
No comments:
Post a Comment