Tuesday, December 16, 2014

Kritisisme Immanuel Khant



DAFTAR ISI

Daftar Isi........………………………………………………………………………………. 1
Pendahuluan...……………………………………………………………………………......2

BAB I PENDAHULUAN
A Latar belakang......................................................................................................................2
B Tujuan...................................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN

A Hakikat  Kritisisme
…….........…………………………........................………………….. 3

B Sejarah timbulnya Kritisisme…
……………….....................................................................4

C Pemikiran Kritisisme Tentang Ilmu Pengetahuan.................................................................5
D Kritisisme Immanuel Khant.................................................................................................6

BAB III PENUTUP.................................................................................................................8
1.Kesimpulan............................................................................................................................8
2.Daftar Pustaka.....………….………………………………………………………….........9




BAB I
PENDAHULUAN

A.         Latar Belakang
Filsafat merupakan induk dari segala ilmu pengetahuan. Ibaratkan tumbuhan, filsafat merupakan sebuah pohon dan ilmu pengetahuan adalah cabang-cabangnya. Perkembangan mengenai filsafat telah berkembang pesat dan telah banyak aliran filsafat bermunculan. Jika ditinjau dari wilayah geografis, tempat lahir dan berkembangnya filsafat, maka kita dapat membedakan adanya dua jenis filsafat, yaitu filsafat barat dan filsafat Timur. Filsafat Barat lahir di Yunani pada abad ke-6 dan ke-5 Sebelum Masehi (SM) dan berkembang di Eropa, khususnya Eropa Barat seperti Jerman, Prancis, Inggris, Belanda dan lain-lain. Selain itu perkembangannya meliputi Amerika Serikat, Kanada, Australia. Sedangkan filsafat Timur lahir dan berkembang terutama di negara-negara Asia meliputi China, India, Jepang, Korea, Indonesia. Selain itu penyebaran pada daerah Timur Tengah meliputi Persia dan Saudi Arabia. Para filsuf zaman modern menegaskan bahwa pengetahuan tidak berasal dari kitab suci atau ajaran agama, tidak juga dari para penguasa, tetapi dari diri manusia sendiri. Namun tentang aspek mana yang berperan ada Perbedaan pendapat. Aliran Rasionalisme beranggapan bahwa sumber pengetahuan adalah rasio: kebenaran pasti berasal dari rasio (akal). Aliran Empirisme, sebaliknya, meyakini pengalamanlah sumber pengetahuan itu, baik yang batin, maupun yang inderawi. Lalu muncul aliran kritisisme, yang mencoba memadukan kedua pendapat berbeda itu.
Immanuel Khant membuat suatu kritik atas seluruh pemikiran filsafat, membuat suatu sintesis, dan meletakkan dasar bagi aneka aliran filsafat masa kini. Sehingga pertentangan mengenai kedua aliran antara Rasionalisme dengan Empirisme dapat menghasilkan aliran baru yang mencakup inti dari kedua aliran yang bertentangan.


B.          Tujuan
Penulisan makalah ini bertujuan :
1. Untuk mengetahui hakikat pengertian kritisisme
2. Untuk mengetahui asal mula pemikiran kritisisme
3.Untuk mengetahui pendapat Immanuel khan mengenai kritisisme

BAB II
PEMBAHASAN
A.    HAKIKAT KRITISISME

Kritisisme adalah filsafat yang memulai perjalanannya dengan terlebih dahulu memahami dan menyelidiki kemampuan rasio dan batas-batasannya. Faham kritisisme adalah faham yang mengkritik faham Rasionalisme dan faham Empirisme.
Adapun pengertian dari kedua paham tersebut adalah
Ø  Faham Rasionalisme adalah faham yang menyatakan bahwa kebenaran haruslah ditentukan berdasarkan, analisis, fakta dan pembenaran yang nyata serta menggunakan logika. Paham ini muncul menjadi bagian dari Rennaisennce atau pencerahan dimana ketika itu terjadinya penyebaran dogma-dogma yang dilakukan oleh gereja dan dalam dogma-dogma tersebut tidak mengandung hal-hal yang  bisa diterima oleh logika manusia. Dalam faham Rasionalisme sangat menjunjung tinggi yang namanya logika yang didasarkan oleh logika matematika. Pandangan ini populer pada abad 17. Toko-tokoh yang terkenal pada masa itu adalah Rene Descartes (1596-1650), Benedictus de Spinoza atau yang sering dikenal dengan nama Barukh Spinoza (1632-1677), Blaise Pascal (1623-1662).
Ø  Faham Empirisme adalah faham yang menyatakan bahwa kebenaran benar-benar terbukti benar apabila dapat dibuktikan dengan indrawi. Seperti di dengar, dilihat, dirasakan dan lain sebagainya. Apabila kebenaran tersebut tidak dapat dibuktikan oleh indrawi maka kebenaran tersebut salah adanya. Faham ini muncul akibat ketidakpuasaan dengan suprioritas akal. Dari pengertian tersebut dapat dilihat bahwa aliran emprisme yang menggunakan indra sebagai alat pembenaran bertolak belakang dengan aliran Rasionalisme yang menggunakan logika, serta analisis sebagai alat pembenaran tersebut. Selain itu, kebenaran Empirisme harus dibuktikan dengan pengalaman. Karena dengan pengalaman dijadikan verifikasi dalam hal pembenaran. Tokoh yang terkenal mengenai aliran Empirisme adalah John locke (1632-1704).


B.     SEJARAH TIMBULNYA KRITISISME

Aliran Kritisme muncul pada abad 18 zaman baru dimana seorang yang cerdas mencoba menyelesaikan pertentangan antara aliran Empirisme dan Rasionalisme. Zaman baru ini disebut zaman pencerahan atau (aufklarung) dimana pada zaman ini manusia disimpulkan dengan orang-orang yang belum dewasa (dalam filsafat). Akan tetapi seorang filosofi Jerman yang bernama Immanuel Khant (1724-1804) melakukan penyelidikan (kritik) terhadap pengetahuan akal.
Sebagai latar belakangnya, ketika itu ilmu pengetahuan khususnya Ilmuu pengetahuan alam seperti (biologi, fisika, kimia dan matematika) berada pada posisi yang menggembirakan atau berada pada posisi yang tertinggi dalam hal ilmu. Akan tetapi kondisi tersebut tidak ditemukan pada filsafat. Seolah-olah  jalannya filsafat tersendat-sendat dalam pemkiran-pemikirang manusia kala itu. Sehingga diperlukan upaya agar kedudukan filsafat dapat sejajar ataupun sama dengan ilmu pengetahuan tersebut.
Pada Rasionalisme dan Empirisme ditemukan pertentangan yang sangat lebar. Seperti halnya antara budi dan pengalaman, mana yang merupakan sumber pengetahuan yang benar? Manakah pengetahuan?. Akhirnya seorang ahli pikir Jerman Immanuel Khant melakukan penelitian mengenai hal ini. Pada awalnya jalan pemikiran Khant terombang ambing. Kadang ia mengikuti pemikiran Empirisme kadang pula ia mengikuti pemikiran Rasionalisme. Walaupun demikian Khant tidak dengan mudah mengikuti pemikiran tersebut. Empirisme yang meragukan budi pekerti manusia sebagai alat untuk membuktikan sebuah kebenaran.
Oleh karena itu Khant menyelidiki mengenai pengetahuan budi. Dan akan diterangkan apakah pengetahuan budi ini mungkin. Dan hal itulah yang menyebabkan aliran ini disebut Krisisme. Karena Kritik dan penyelidikan yang dilakukan oleh Khant dalam mengurai pertentangan antara aliran Empirisme dan Rasionalisme.







C.    PEMIKIRAN KRITISISME TERHADAP ILMU PENGETAHUAN

Menurut Khant realitas pada dasarnya terbagi kedalam dua dunia, yakni dunia fenomenal (phenomenon, atau dunia sebagaimana menampakkan diri pada pengamatan) dan dunia (noumenon, atau dunia yang sesungguhnya, yang berada didalam diri realitas itu sendiri). Meskipun dunia noumenal itu ada, tetapi keberadaannya diluar pengetahuan kita. Kita tidak dapat sungguh-sungguh menjangkaunya. Khant memberikan nama Ding-an-sich (ada-dalam-dirinya-sendiri). Pikiran manusia tidak dapat menembus dunia noumenal ini. Pengetahuan manusia terbatas hanya pada dunia fenomenal, dunia pengalaman. Dari pemikiran itulah ia pernah terobang-ambing dalam dua aliran yang salingg bertentangan.
Khant membedakan ilmu pengetahuan dalam empat bagian, sebagai berikut:
1.      Yang analitis a priori = pengetahuan yang dihasilkan oleh analisa terhadap unsur-unsur yang a priori
Pengetahuan a priori adalah pengetahuan yang tidak tergantung pada adanya pengalaman, atau yang ada sebelum pengalaman.
Pengetahuan analitis merupakan pengetahuan dari analisis. Sedangkan pengetahuan sintetis merupakan pengetahuan yang menjadikan sesuatu menjadi satu hal padahal sebleumnya satu hal itu terpisah antara satu dengan yang lainnya.
2.      Yang sintetis a priori =dihasilkan oleh penyelidikan akal terhadap bentuk-bentuk pengalamannya sendiri dan menggabungkan unsur-unsur yang tidak saling bertumpu
3.      Yang analitis a posteriori
Pengetahuan a posteriori adalah pengetahuan yang terjadi sebagai akibat dari pengalaman.
4.      Yang sintetis a posteriori
Menurut Immanuel Khant  ilmu pengetahuan adalah bersyarat pada
A). Bersifat umum dan bersifat perlu mutlak
B). Memberi pengetahuan yang baru


D. KRITISISME IMMANUEL KHANT
Immanuel Kant adalah seorang filsuf Jerman kelahiran Konigsberg, 22 April 1724 – 12 februari 1804. Ia dikenal sebagai tokoh kritisisme. Filsafat kritis yang ditampilkannya bertujuan untuk menjembatani pertentangan antara kaum Rasionalisme dengan kaum Empirisme. Bagi Khant, baik Rasionalisme maupun Empirisme belum berhasil memberikan sebuah pengetahuan yang pasti berlaku umum dan terbukti dengan jelas. Kedua aliran itu memiliki kelemahan yang justru merupakan kebaikan bagi seterusnya masing-masing.
Perkembangan pemikiran kant megnalami empat periode;
Periode pertama ialah ketika ia masih dipengaruhi oleh Leibniz Wolf, yaitu samapi tahun 1760. Periode ini sering disebut periode rasionalistik
Periode kedua berlangsung antara tahun 1760 – 1770, yang ditandai dengan semangat skeptisisme. Periode ini sering disebut periode empiristik
Periode ketiga dimulai dari inaugural dissertation-nya pada tahun 1770. Periode ini bisa dikenal sebagai tahap kritik.
Periode keempat berlangsung antara tahun 1790 sampai tahun 1804. Pada periode ini Kant megnalihkan perhatiannya pada masalah religi dan problem-problem sosial. Karya Kant yang terpenting pada periode keempat adalah Religion within the Limits of Pure Reason (1794) dan sebuah kumpulan esei berjudulEternal Peace (1795).
Ciri-ciri kritisme menurut Immanuel Khant:
1.      Menganggap objek pengenalan berpusat pada subjek dan bukan pada objek.
2.      Menegaskan keterbatasan kemampuan rasio manusia untuk menetahui realitas atau hakikat sesuatu, rasio hanya mampu menjangkau gejalanya atau fenomenanya saja.
3.      Menjelaskan bahwa pengenalan manusia atas sesuatu itu diperoleh atas perpaduan antara peranan unsure “a priori” (sebelum di buktikan tapi kita sudah percaya) yang berasal dari rasio serta berupa ruang dan waktu dan peranan unsur “aposteoriori” (setelah di buktikan baru percaya) yang berasal dari pengalaman yang berupa materi.
Menurut khant, pengetahuan yang dihasilkan oleh kaum Rasionalisme tercermin dalam putusan sintetik aposteriori yaitu suatu bentuk utusan dimana predikat sudah termasuk sendirinya kedalam subjek. Memang mengandung kepastian dan berlaku umum. Tetapi tidak memberikan sesuatu yang  baru. Sedangkan yang dihasilkan oleh kau Empirisme itu tercermin dalam konsep sintetik aposteriori yaitu suatu utusan dimana predikat belum termasuk kedalam subjek. Meskipun demikian sifat sintetik aposteriori ini memberikan pengetahuan yang baru namun sifatnya tidak tetap. Sangat bergantung pada ruang dan waktu. Kebenaran disini bersifat subjektif.
Dengan melihat kebaikan yang terdapat diantara kedua putusan tersebut, serta kelemahannya. Khant memadukan kedua aliran menjadi sesuatu yang menarik dan tepat. Selain bersifat umum universal, dan pasti didalamnya, “akal budi dan pengalaman indrawi dibutuhkan serentak “
Karya kritisme pertama Khant adalah Kritk der reinen Vernunft, “Kritik terhadap akal budi murni” ( yang menurut Schonpenhour merupakan “buku terpenting yang pernah ditulis di Eropa”)[1]. Dalam buku ini Khant melakukan revolusi Konpernikan didalam bidang filsafat : sebagaimana Kompernikus menjatuhkan gambaran Dunia tradisional dengan mempermaklumkan bahwa bukan matahari yang mengitari bumi melainkan bui yang mengitari matahari, begitu pula Khant memutarbalikan faham tradisional tentang pengertian.
Secara tradisional, pengertian dipahami mirip dengan fotografi, apa yang ada dalam kenyataan, lepas dari apakah kita mengetahuinya atau tidak, dicerminkan dalam pengertian kita. Kebenaran sebagai penyesuaian diri pengertian terhadap realitas. Namun, menurut Khan paham itu salah. Yang betul adalah bahwa pengertian kita menyesuaikan realitas dengan dirinya. Objek yang kita ketahui bukanlah das ding an sich, realitas pada dirinya sendiri, melainkan realitas yang sudah dipermak atau direkayasa oleh pengertian kita. Realitas sendiri memang ada dan menjadi dadakan pengertian kita. Tetapi dimensi ruang dan waktu serta objektivitas diterimanya dari cara kita mengani kesan-kesan dari realitas itu sendiri. Paradigma pengertian bukan lagi fotografi, melainkan pekerjaan: apa yang dikerjakan, semakin dikerjakan, menunjukkan jejak-jejak pekerjaan manusia.

BAB III
KESIMPULAN
Kritisisme Immanuel Kant sebenarnya telah memadukan dua pendekatan dalam pencarian keberadaan sesuatu yang juga tentang kebenaran substansial dari sesuatu itu. Kant seolah-olah mempertegas bahwa rasio tidak mutlak dapat menemukan kebenaran, karena rasio tidak membuktikan, demikian pula pengalaman, tidak dapat dijadikan melulu tolak ukur, karena tidak semua pengalaman benar-benar nyata, tapi “tidak-real”, yang demikian sukar untuk dinyatakan sebagai kebenaran.
Khan membongkar seluruh filsafat sebelumnya dan membangunkannya secara baru sama sekali. Filsafatnya menjadi kritisisme yang dilawankan terhadap seluruh filsafat sebelumnya yang ditolaknya sebagai “dogmatisme” artinya, filsafat sebelumnya dianggap Khant dogmatis karena begtu saja rasio manusia dipercayai, padahal batas-batas kemampuan rasio harus diteliti terlebih dahulu
Melalui pemahaman tersebut, rasionalisme dan empirialisme harusnya bergabung agar melahirkan suatu paradigm baru bahwa kebenaran empiris harus rasional sebagaimana kebenaran rasional harus empiris.

DAFTAR PUSTAKA
Muslih, Mohammad. Filsafat Ilmu. Jogjakarta: Belukar, 2004.
Franz Magnis-Suseno, ”13 Tokoh Etika, sejak zaman yunani sampai abad ke-19”, KANISIUS, Yogyakarta: 1997.
ilmuawan9saja.wordpress.com/2012/12/12/kritisisme-immanuel-kant/
www.academia.edu/.../Pembahasan_makalah_Filsafat_Immanuel_Kant













 



[1] Dikutip dari O. Hoffe, Immanuel Khant, Munchen, 1993, hlm. 35

No comments:

Post a Comment

Outsourcing Sumber Daya Manusia

Outsourcing Sumber Daya Manusia Oleh: Cahyani Susan Latar Belakang Masalah Semakin pesatnya perkembangan bisnis saat ini menuntut p...